MESJID IBNU THULUN
Masjid Ibn Thulun terletak di jalan Sayyidah Zaenab, tepatnya di pertengahan jalan antara Sayyidah Aisyah menuju Sayyidah Zaenab. Merupakan masjid ketiga yang dibangun di Mesir setelah Masjid Amer bin Ash dan masjid Askar, masjid ini berbeda dengan masjid-masjid yang lain, dimana tangga untuk menuju ke menaranya terdapat diluar.
Mesjid Ibnu Thulun dibangun oleh Ahmad bin Thulun atau Ibnu Thulun pada tahun 263 H / 876 M. Dibangun dalam waktu kurang lebih dua tahun (876 – 878 M). Oleh karena itu, masjid Ibnu Thulun termasuk masjid paling tua di Mesir karena umurnya sampai saat ini sudah lebih dari 1100 tahun.
Pada bulan Ramadhan tahun 220 H, Thulun mempunyai seorang putra bernama Ahmad yang dilahirkan di Baghdad. Ahmad inilah yang kemudian dikenal dengan Ibnu Thulun (Ahmad bin Thulun)
Ahmad bin Thulun dipilih oleh Khalifah Abbasiyyah saat itu sebagai pegawai untuk memungut pajak ke daerah Mesir. Setelah sampai di Mesir, Ahmad bin Thulun langsung menyukai Mesir. Akhirnya, setelah melihat perangai khalifah-khalifah Abbasiyyah yang tidak sesuai lagi dengan ajaran Islam, Ahmad bin Thulun menyatakan berpisah diri dari khalifah Abbasiyyah di Baghdad, kemudian mendirikan negara sendiri di Mesir, yang terlepas dari kendali Abbasiyyah.
Akhirnya Ahmad bin Thulun menjadi raja di Mesir pada tahun 254 H / 868 M, ketika itu ibu kota Mesir bernama 'Askar.
Kemudian Ibnu Thulun memindahkan ibu kota Mesir dari daerah Askar ke Qathai', masjid besar saat itu baru dua buah, yaitu mesjid Amer bin Ash dan mesjid 'Askar. Ibnu Thulun merasa perlu untuk membangun mesjid yang baru, karena makin bertambah dan banyaknya penduduk, sementara masjid yang tersedia sangat terbatas. Untuk itu, ia membangun masjid Ibnu Thulun.
Ibnu Thulun selain ahli perang dan strategi juga terkenal orang yang sangat baik dan disukai rakyat. Hidupnya sederhana, ramah, suka membantu dan patuh beragama.
Menurut para ahli sejarah, Ibnu Thulun adalah satu-satunya khalifah atau raja Mesir yang tidak pernah meminum arak meski hanya seteguk. Di samping itu, Ibnu Thulun adalah satu-satunya raja yang hanya mempunyai satu orang isteri. Hidupnya yang sederhana dan sangat perhatian kepada rakyat, membuat rakyat sangat menyukai dan berpihak kepadanya.
Suatu hari Ibnu Thulun bermaksud untuk membebaskan rakyatnya dari membayar pajak. Ia lalu berkonsultasi dengan menteri pajak, tapi di tolak oleh mentri keuangannya saat itu, Ibnu Thulun pun hampir saja mengurungkan niatnya .
Suatu malam, Ibnu Thulun bermimpi. dihampiri oleh seorang lelaki sufi ahli ibadah. Laki-laki itu menyarankan Ibnu Thulun agar tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh mentrinya, dan berkata: "Barangsiapa yang memberikan sesuatu karena Allah, maka Allah lah yang akan menggantikannya dengan yang lebih baik".
Kebimbangan antara mengambil pajak atau tidak sangat mengganggunya, namun setelah mimpi ini. Akhirnya, memutuskan untuk tetap mengambil kebijakan untuk tidak mengambil pajak.
Beberapa lama setelah Ibn Thulun membebaskan pajak rakyatnya, ia pergi bersama beberapa pengawalnya jalan-jalan ke tempat dekat gunung dengan menaiki kuda. Tiba-tiba kaki kudanya terperosok ke dalam lubang yang ternyata adalah terowongan, setelah ditelusuri ternyata di dalam terowongan itu terdapat sebuah peti besar. Begitu peti itu dibuka, berisi uang yang mencapai 1 juta dinar. Ibnu Thulun langsung sujud syukur dan yakin, teringat kata-kata lelaki yang datang dalam mimpinya "bahwa Allah akan mengganti apa yang ia berikan karenaNya, uang itulah yang kemudian dijadikan untuk membangun masjid yang dinamai masjid ibnu Thulun. Masjid ini terdiri dari 42 pintu, di antaranya 21 pintu masih asli seperti dahulu kala, belum direnovasi. Diinding-dindingnya dilengkapi dengan jendela-jendela yang jumlahnya 129 buah yang dilapisi dengan kapur yang diukir indah dan menarik. Di dalam mesjid juga terdapat lima buah mihrab. Mihrab yang paling besar dan paling punya nilai sejarah..
Masjid Ibn Thulun terletak di jalan Sayyidah Zaenab, tepatnya di pertengahan jalan antara Sayyidah Aisyah menuju Sayyidah Zaenab. Merupakan masjid ketiga yang dibangun di Mesir setelah Masjid Amer bin Ash dan masjid Askar, masjid ini berbeda dengan masjid-masjid yang lain, dimana tangga untuk menuju ke menaranya terdapat diluar.
Mesjid Ibnu Thulun dibangun oleh Ahmad bin Thulun atau Ibnu Thulun pada tahun 263 H / 876 M. Dibangun dalam waktu kurang lebih dua tahun (876 – 878 M). Oleh karena itu, masjid Ibnu Thulun termasuk masjid paling tua di Mesir karena umurnya sampai saat ini sudah lebih dari 1100 tahun.
Pada bulan Ramadhan tahun 220 H, Thulun mempunyai seorang putra bernama Ahmad yang dilahirkan di Baghdad. Ahmad inilah yang kemudian dikenal dengan Ibnu Thulun (Ahmad bin Thulun)
Ahmad bin Thulun dipilih oleh Khalifah Abbasiyyah saat itu sebagai pegawai untuk memungut pajak ke daerah Mesir. Setelah sampai di Mesir, Ahmad bin Thulun langsung menyukai Mesir. Akhirnya, setelah melihat perangai khalifah-khalifah Abbasiyyah yang tidak sesuai lagi dengan ajaran Islam, Ahmad bin Thulun menyatakan berpisah diri dari khalifah Abbasiyyah di Baghdad, kemudian mendirikan negara sendiri di Mesir, yang terlepas dari kendali Abbasiyyah.
Akhirnya Ahmad bin Thulun menjadi raja di Mesir pada tahun 254 H / 868 M, ketika itu ibu kota Mesir bernama 'Askar.
Kemudian Ibnu Thulun memindahkan ibu kota Mesir dari daerah Askar ke Qathai', masjid besar saat itu baru dua buah, yaitu mesjid Amer bin Ash dan mesjid 'Askar. Ibnu Thulun merasa perlu untuk membangun mesjid yang baru, karena makin bertambah dan banyaknya penduduk, sementara masjid yang tersedia sangat terbatas. Untuk itu, ia membangun masjid Ibnu Thulun.
Ibnu Thulun selain ahli perang dan strategi juga terkenal orang yang sangat baik dan disukai rakyat. Hidupnya sederhana, ramah, suka membantu dan patuh beragama.
Menurut para ahli sejarah, Ibnu Thulun adalah satu-satunya khalifah atau raja Mesir yang tidak pernah meminum arak meski hanya seteguk. Di samping itu, Ibnu Thulun adalah satu-satunya raja yang hanya mempunyai satu orang isteri. Hidupnya yang sederhana dan sangat perhatian kepada rakyat, membuat rakyat sangat menyukai dan berpihak kepadanya.
Suatu hari Ibnu Thulun bermaksud untuk membebaskan rakyatnya dari membayar pajak. Ia lalu berkonsultasi dengan menteri pajak, tapi di tolak oleh mentri keuangannya saat itu, Ibnu Thulun pun hampir saja mengurungkan niatnya .
Suatu malam, Ibnu Thulun bermimpi. dihampiri oleh seorang lelaki sufi ahli ibadah. Laki-laki itu menyarankan Ibnu Thulun agar tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh mentrinya, dan berkata: "Barangsiapa yang memberikan sesuatu karena Allah, maka Allah lah yang akan menggantikannya dengan yang lebih baik".
Kebimbangan antara mengambil pajak atau tidak sangat mengganggunya, namun setelah mimpi ini. Akhirnya, memutuskan untuk tetap mengambil kebijakan untuk tidak mengambil pajak.
Beberapa lama setelah Ibn Thulun membebaskan pajak rakyatnya, ia pergi bersama beberapa pengawalnya jalan-jalan ke tempat dekat gunung dengan menaiki kuda. Tiba-tiba kaki kudanya terperosok ke dalam lubang yang ternyata adalah terowongan, setelah ditelusuri ternyata di dalam terowongan itu terdapat sebuah peti besar. Begitu peti itu dibuka, berisi uang yang mencapai 1 juta dinar. Ibnu Thulun langsung sujud syukur dan yakin, teringat kata-kata lelaki yang datang dalam mimpinya "bahwa Allah akan mengganti apa yang ia berikan karenaNya, uang itulah yang kemudian dijadikan untuk membangun masjid yang dinamai masjid ibnu Thulun. Masjid ini terdiri dari 42 pintu, di antaranya 21 pintu masih asli seperti dahulu kala, belum direnovasi. Diinding-dindingnya dilengkapi dengan jendela-jendela yang jumlahnya 129 buah yang dilapisi dengan kapur yang diukir indah dan menarik. Di dalam mesjid juga terdapat lima buah mihrab. Mihrab yang paling besar dan paling punya nilai sejarah..