Saturday, December 22, 2007

MASJID QAETBAY

Pada bulan mei 2007 rihlah Majlis Taklim Al-Muttaqin Yang ke 4 untuk menelusuri masjid-masjid bersejarah di Mesir di pandu oleh ust,Aep Saifullah, diantaranya ke masjid Qaetbay.

Masjid ini dibangun oleh raja pada dinasti Mamalik al-Burjiyyah yang bernama Sultan Qaetbay. Sultan Qaetbay adalah raja yang berkuasa paling lama pada dinasti Mamalik al-Burjiyyah atau Mamalik asy-Syarakisah. Ia berkuasa sekitar 29 tahun yakni sejak tahun 873-902 H atau 1496-1468 M.

Perlu juga diketahui bahwa Mesir pernah dikuasai oleh raja-raja yang berasal dari budak-budak belian. Masa ini disebut dengan masa dinasti Mamalik. Mamalik adalah bentuk pural (jamak) dari kata mamluk yang artinya budak-budak belian. Mesir dikuasai dinasti Mamalik kedua terlama setelah masa Turki Utsmani, yakni selama 267 tahun, tepatnya sejak tahun 1250-1517 M. Sedangkan dinasti yang paling lama berkuasa di Mesir adalah dinasti Turki Utsmani (Ottoman) yang berkuasa selama 288 tahun, sejak tahun 1517-1805 M.

Peninggalan-peninggalan arsitektur Islami khususnya berupa Masjid paling banyak adalah peninggalan pada masa Dinasti Mamalik ini. Ada sekitar 33 masjid besar megah. Dinasti Turki Utsmani saja, yang berkuasa paling lama, hanya meninggalkan 6 buah masjid saja, yang salah satunya adalah masjid Mahmudiyyah yang berada di dekat Qal'ah, di dekat masjid Sultan Hasan dan Masjid Imam Rifa'i. Peninggalan atsar Islamy kedua paling banyak adalah peninggalan dari Dinasti Fatimiyyah, yang meninggalkan 7 buah masjid, yang di antaranya adalah masjid al-Azhar dan al-Hakim bi Amrillah.

Dinasti Mamalik terbagi dua, ada Mamalik Bahriyyah dan Mamalik Syarakisah atau al-Burjiyyah. Disebut Mamalik Syarakisah karena rajanya berasal dari budak-budak Turki. Dan Qaetbay adalah salah satunya.

Sultan Qaetbay awalnya juga seorang budak yang dibeli oleh raja Barasbay dengan harga sangat mahal, 50 dinar. Mahalnya ini wajar, karena Qaetbay adalah budak yang cerdas yang memiliki kelebihan, khususnya dalam masalah kenegaraan. Dan karena kecerdasan dan kepiawaiannya itu juga ia menjadi seorang raja terkenal pada dinasti Mamalik Syarakisah.

Qaetbay meninggalkan banyak peninggalan bangunan-bangunan Islami yang megah. Di antaranya adalah Benteng Qaetbay di Iskandariah dan Masjid Qaetbay yang berada di daerah Mansyiah atau Darrasah.

Masjid Qaetbay ini dalam sejarahnya sangat megah dan luas. Bahkan, kemegahannya hampir sebanding dengan kemegahan masjid Sultan Hasan. Hal ini dapat kita benarkan, karena di sekitar masjid Qaetbay saat ini banyak puing-puing bangunan yang dahulunya termasuk bangunan masjid Qaetbay. Hanya saja, mengingat biaya perawatan dan renovasi yang sangat besar, maka masjid Qaetbay yang nampak saat ini, tidak terlalu besar.

Namun, meski tidak terlalu besar, bangunannya cukup indah dengan arsitektur sangat tinggi. Ukiran-ukiran dan warna-warni di dalam masjid sungguh mempunyai daya tarik tersendiri. Barangkali apabila dari nilai seni dan arsitektur, mengalahkan seni arsitektur masjid Sultan Hasan. Hanya sayang, sebagaimana masjid-masjid bersejarah lainnya, nampak kurang terawat dan agak kotor.

Masjid Qaetbay ini dibangun pada tahun 886 H atau 1479 M. Sampai saat ini bangunannya masih berdiri kokoh tanpa ada renovasi berarti dengan nilai seni arsitektur Islam yang sangat tinggi. Arsitektur gaya Turki sangat mendominasi bangunan ini. Hal ini wajar, karena Qaetbay sendiri berdarah Turki.

Di dalam masjid ini terdapat kuburan Sultan Qaetbay bersama keluarganya, isteri dan putranya. Di samping kuburan Qaetbay terdapat bekas telapak kaki yang menempel di atas batu. Menurut Mahmud, penjaga masjid Qaetbay, jejak kaki tersebut adalah jejak kaki Rasulullah saw. Ada dua buah bekas kaki Rasulullah saw di sana. Pertama bekas kaki langsung tanpa alas kaki, dan yang kedua jejak kaki Rasulullah saw yang memakai khauf (kaos kaki yang terbuat dari kulit).

Lalu bagaimana kok, jejak kaki Rasul dapat sampai ke masjid ini? Para sejarawan Mesir mengatakan bahwa ketika Qaetbay berkuasa, ia membeli dua buah jejak kaki Rasulullah saw ini ke gubernur Syiria saat itu. Ia berwasiat bahwa ketika meninggal nanti, jejak kaki Rasulullah saw tersebut mau disimpan di samping kuburannya dan di samping kuburan keluarganya, untuk mengambil berkah.