Thursday, June 19, 2008

HIKMAH RIHLAH RA'SUL BAR

Pada Hari Minggu tanggal 11 mei 2008, Ibu-ibu melalui MTM (Majlis Taklim Al-Muttaqin) mengadakan Rihlah menyusuri sejarah ke kawasan yang disebut Ra’sul Bar (ujung daratan), salah satu tempat wisata di Mesir yang terletak di pesisir provinsi Dameyatte (dimyat).
Perjalanan yang dari Cairo ditempuh 4 jam ini dipandu oleh ust Aep Saipullah. Dijelaskan bahwa kawasan ini merupakan pertemuan antara sungai Nil yang panjangnya 6659 km dengan laut. Di lokasi itu kita bisa melihat pemandangan pertemuan antara air asin di laut dan air tawar dari sungai nil. Hal ini seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an : “MARAJAL BAHRAINI YALTAQIYAAN, BAINAHUMAA BARZAHULLAAYABGIYAAN” (QS, Ar-Rahman : 19-20), “Dia membiarkan dua lautan mengalir, yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya terdapat batas yang tidak dilampaui masing-masing”.
Firman Allah swt ditempat lain mempunyai arti: “Dan Dialah yang mempertemukan dua laut; yang ini tawar lagi segar, dan yang ini asin lagi pahit. dan Dia menjadikan di antara keduanya terdapat batas dan penghalang yang tidak terlampaui”. QS,25:53
Dikatakan bahwa, dalam beberapa kitab tafsir disebutkan bahwa yang dimaksud ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tidak bercampur airnya ini adalah lokasi di muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut.
Hal seperti ini dijelaskan oleh ilmu dan penelitian moderen, bahwa gejala adanya batas antara dua air laut dan air darat yang bertemu di satu tempat disebabkan masing-masing memiliki (mempertahankan) temperature, salinitas (kadar garam) maupun densitas (kekentalan) yang berbeda. Dengan makna yang setara bahwa keadaan air laut yang satu dengan lainnya tidak saling mempengaruhi, walaupun keduanya bertemu di satu tempat, karena adanya batas di antara pertemuan dari dua air tersebut.
Penjelasan guide kita selanjutnya adalah, tentang adanya beberapa ulama tafsir yang mengatakan bahwa tempat tersebut juga diyakini sebagai lokasi kisah bertemunya nabi Musa dan hamba Allah yang shaleh, yaitu (Nabi) Khidhir.
Kisah ini berkaitan dengan Nabi Musa AS yang ketika itu memiliki kedudukan dan derajat agung di kalangan Bani Israil. Sebagai nabi beliau banyak mengajarkan sejumlah ilmu kepada masyarakat, dan mereka pun merasa kagum dengan kesempurnaan ilmunya.
Rasulullah Muhammad bin Abdullah SAW pernah bersabda: “Suatu saat Musa as tampil berkhutbah di depan Bani Israil, lalu ditanya tentang siapakah orang yang paling dalam ilmunya? Musa pun menjawab “saya”, maka Allah kemudian menegurnya karena tidak menasabkan (menyebutkan) pengetauannya itu kepada Allah. Lalu Allah mewahyukan (memperingati) kepadanya (Musa) bahwa “Aku (Allah) memiliki hamba yang berada di pertemuan dua lautan, dan dia (hamba itu) adalah orang yang paling dalam ilmunya”. Nabi Musa AS bertanya “Ya Tuhanku, bagaimana aku dapat bertemu denganya?” Allah berfirman “Ambilah seekor ikan, lalu tempatkan ia di dalam wadah yang terbuat dari daun kurma, lalu di tempat mana engkau kehilangan ikan itu, maka disanalah dia (hamba yang Shaleh) berada”.
Perjalanan ini patut direnungi bahwa ternyata Allah tidak meridloi sikap yang merasa berilmu atau merasa paling tinggi derajatnya. Musa yang seorang nabi itu ternyata ditegur oleh Allah, dan semua ilmu serta derajat hendaknya selalu dinisbahkan kepada-Nya, Yang Maha Agung.
Ini awal kisahnya. Nabi Musa as kemudian beranjak mencari hamba Allah itu, sambil ditemani seorang murid pendamping dan membawa bekal berupa makanan serta seekor ikan (yang telah mati, boleh jadi juga telah dimasak, karena ia ditempatkan di wadah yang terbuat dari daun kurma).
Mereka berdua membawa ikan sebagai bekal dalam perjalanan, seraya dikatakan kepadanya, “Jika ikan itu hilang, maka di situlah hamba-Ku tinggal.” Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada (muridnya):”Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.” (Al-Kahfi: 60).
Ketika Musa dan muridnya tiba pada pertemuan dua laut, mereka pun lupa akan ikan yang mereka bawa atas perintah Allah. Ikan itu jatuh ke laut dan menghilang. Lalu, ketika mereka telah menjauh dari tempat itu, mereka merasa lapar dan lelah. Musa pun berkata "Keluarkanlah makanan kita, perjalanan kita sungguh melelahkan”, saat itu baru diketahui hilangnya ikan, yaitu ketika mereka akan makan siang.
Musa berkata kepadanya, "Apa yang terjadi ini adalah menunjukkan tentang apa yang sedang kita cari, yaitu untuk memperoleh suatu hikmah dan sebagai tanda yang diajarkan Allah Taala". Mereka pun berbalik kembali meniti jalan semula yang telah dilalui.
Pembantu itu berkata, "Ingatkah tuan ketika kita tiba di sebuah batu tempat kita berlindung tadi? Aku lupa ikan kita. Tentu kelupaanku tersebut hanya datang dari ulah setan. Dan ikan itu pun kini telah berlalu di dalam laut. Aku sendiri sungguh heran dengan kelupaanku ini!"
Perjalanan kembali ke tempat hilangnya ikan ditempuh Nabi Musa as bersama muridnya, dengan mengikuti rute perjalanannya semula. Langkah demi langkah, akhirnya sampai ke tempat dimana ikan itu mencebur ke laut. Dan akhirnya mereka bertemu dengan seorang hamba Allah, yang shaleh itu.
Banyak ulama yang cenderung memahami bahwa pertemuan kedua tokoh tersebut terjadi di pantai Ra’sul Bar ini, kata guide kita.
Allah Ta’ala menceritakan kisah kedua tokoh itu dalam surat Al-Kahfi ayat 66 -82, yang artinya : “Musa berkata kepadanya (yakni kepada hamba Allah yang memperoleh ilmu khusus dari Allah). “Bolekah aku mengikutimu secara bersungguh-sungguh, supaya engkau mengajarkan kepadaku sebagian dari apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, untuk menjadi petunjuk bagiku menuju kebenaran? Dia menjawab “sesungguhnya engkau hai Musa sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku”.
Orang Shaleh itu berkata, "Kamu tidak akan sabar menemani aku." Bagaimana kamu bisa bersabar terhadap sesuatu yang kamu belum punya ilmu tentangnya?" katanya melanjutkan.
Musa menjawab, "Insya Allah kamu akan mendapati aku sabar dan patuh pada perintahmu." Hamba shaleh itu berkata lagi, "Kalau kamu mengikuti aku, lalu melihat sesuatu yang tidak kau sukai, jangan bertanya tentang hal itu sebelum aku sendiri menjelaskannya kepadamu."
Mereka pun berjalan di tepian pantai, lalu menemukan sebuah perahu dan menaikinya. Tetapi hamba itu lalu mencederai perahu itu, di tengah perjalanan. Musa tidak dapat menerima kelakuan itu, lalu memprotesnya “Apakah kamu sengaja membocorkan perahu ini untuk menenggelamkan penumpang- penumpangnya? Jika demikian, kamu benar-benar telah melakukan sesuatu yang tak layak”.
Hamba shaleh itu menjawab, "Bukankah sudah kukatakan bahwa kamu tidak akan sabar mengikuti aku. Musa berkata, "Maafkanlah aku atas kelalaianku terhadap pesan-pesanmu tadi. Janganlah kamu bebani aku dengan kesulitan dan kesusahpayahan dalam menerima ilmu darimu."
Setelah mereka keluar dari perahu itu dan melanjutkan perjalanan, di tengah perjalanan mereka menemui seorang anak kecil. Hamba shaleh itu pun kemudian membunuh anak kecil itu. Musa berkata dengan menunjukkan sikap tidak menerima, "Apakah kamu membunuh nyawa yang bersih dan tidak berdosa dan tidak pernah melakukan pembunuhan? Sungguh kamu telah melakukan sesuatu yang tidak dapat diterima
Hamba shaleh itu berkata lagi, "Bukankah telah aku katakan bahwa kamu tidak akan sabar untuk diam dan tidak bertanya?" Musa menjawab, "Kalau aku masih bertanya lagi setelah ini nanti, tinggalkanlah aku. Jangan kau temani aku. Kamu telah sampai pada batas alasan boleh meninggalkan aku.
Mereka berdua melanjutkan perjalanan sampai tiba di sebuah perkampungan. Di sana mereka kehabisan bekal dan lapar, sehingga meminta makan dari penduduk setempat, tetapi para penduduk enggan memenuhi permintaan mereka. Mereka pun terus berjalan sampai menemukan sebuah dinding yang condong dan hampir runtuh. Hamba shaleh itu pun kemudian menopangnya dan menegakkannya kembali. Musa berkata, "Kalau kamu mau, tentu kamu dapat meminta upah atas perbuatanmu itu.
Telah 3 kali nabi Musa as melakukan pelanggaran, kini cukup sudah alasan bagi hamba Allah itu untuk menyatakan perpisahan karena itu"
Hamba Allah itupun berkata "Nampaknya, sikap tidak sabar dan tidak bisa menerima darimu yang terus-menerus itu menyebabkan kita harus berpisah. Kini akan kuceritakan kepadamu hikmah di balik tingkah lakuku yang tidak kau ketahui dan membuatmu tidak sabar untuk mengetahui rahasia sebenarnya".
1. "Perahu yang aku cederai itu" kata sang hamba menerangkan, "adalah milik orang lemah dan miskin yang mereka gunakan untuk bekerja di laut mencari rezeki. Aku ingin memperlihatkan bahwa kapal itu tidak bagus, karena di belakang mereka ada raja yang selalu merampas setiap kapal yang bagus.
2. Sedangkan anak kecil yang aku bunuh itu," katanya melanjutkan, "adalah anak dari sepasang suami istri yang mukmin. Aku tahu, bahwa jika anak itu hidup dan tumbuh dewasa, ia akan kafir, durhaka dan menyengsarakan kedua orangtuanya. Dengan membunuhnya tadi, aku bermaksud agar Allah memberi ganti dengan anak yang lebih baik, lebih berbakti dan lebih sayang."
3. Sedangkan dinding yang aku tegakkan dengan tidak mengharap upah, masih kata hamba shaleh tadi melanjutkan, "adalah milik dua anak yatim dari penduduk kota itu. Di bawah dinding itu terdapat harta simpanan yang ditinggalkan ayah mereka untuk mereka berdua. Ayah mereka adalah seorang yang shaleh. Karena itu Allah ingin memelihara harta simpanan untuk kedua anak itu sampai mereka dewasa dan membutuhkannya, sebagai rahmat kepada keduanya dan penghormatan kepada ayah mereka melalui keturunannya.
“Apa yang telah aku lakukan itu bukanlah berdasarkan kemauanku, tapi atas dasar perintah Allah. Dan inilah penjelasan tentang hal-hal yang masih tersembunyi bagimu, wahai Musa, yang kamu tidak dapat bersabar terhadapnya.
Di antara hikmah yang dapat diambil dari kisah di atas adalah tidak patut jika kita merasa paling berilmu. Lantaran sikap seperti itu nabi Musa as mendapat tegoran dari Allah dan diperintahkan untuk belajar lagi, dari orang lain, yang membuktikan adanya orang lain yang lebih dalam ilmunya.
Kegigihan dalam mengejar ilmu sebagaimana yang dimiliki nabi Musa juga perlu kita teladani. Meskipun berstatus nabi beliau juga masih tetap semangat untuk belajar dan memperdalam ilmunya. Meskipun pada proses belajarnya nabi Musa dinyatakan tidak lulus, namun pada ujungnya beliau memperoleh penjelasan dan rahasia tentang hal-hal yang semula belum dipahaminya.
Kesabaran dalam mengajarkan sesuatu, juga patut untuk dilatih. Umumnya seseorang merasa jengkel jika muridnya tidak segera menuruti petunjuknya apalagi melanggar aturan yang ditetapkannya. Dalam kisah ini seorang hamba shaleh dengan ikhlas dan sabar memberikan penjelasan tentang rahasia atau hikmah dari pelajaran yang ingin disampaikan kepada sang murid yang tidak bisa lagi sabar mengikuti proses yang dilakukan.
Masih banyak uraian ustad Aep Saipulloh sepanjang perjalanan Cairo Dimyat Cairo. Sebuah perjalanan yang banyak memberi pengetahuan dan juga menanamkan hikmah yang sangat dalam. Di Ra’sul Bar ibu-ibu tidak lupa mengabadikan panorama keajaiban lokasi kisah bersejarah, sekaligus mengabadikan suasana kebersamaan yang indah nan ceria. Di ujung sungan Nil ini pula terbayang betapa panjangnya perjalanan sungai ini, setelah melintasi beberapa Negara Afrika sebelum negeri Mesir ini.***

Wednesday, June 4, 2008

Pyramid Di Mesir



Pyramid dan Firaun, dua kata yang nampaknya sudah lekat dengan Mesir. Setiap orang yang mendengar kata “Mesir” atau akan berkunjung ke Mesir, maka yang terlintas dalam pikiran mereka adalah pyramid atau Raja Firaun. Mesir memang sangat mengandalkan sektor wisata budaya dan tempat sejarah para nabi. Setiap jengkal tanah yang dipijak, seolah mengisahkan peristiwa sejarah tersendiri. Dan sebagai negara tempat kelahiran peradaban pertama tertua di dunia.
§ Piramid ini terletak di daerah Sakkara Giza, 27 km dari pusat kota Kairo, Ketiga piramid besar ini termasuk salah satu dari 7 keajaiban dunia.
§ Piramid Giza
o CheopsPiramid ini merupakan piramid terbesar di antara ketiga piramid yang berjejer. Dibangun oleh Cheops raja Fir’un Kufu, yaitu raja dari dinasti ke IV. Piramid ini dibangun (2690 SM) di atas areal seluas 13 acre. Tinggi piramid ini semula 146 m., namun sekarang hanya berketinggian 136 m., disebabkan oleh erosi pada puncaknya. Jumlah batu-batunya sekitar 2,5 juta meter kubik.
o Chevren
Piramid ini dibangun oleh Chevren, putra raja Cheops pada tahun 2650 SM. Tinggi piramid ini mencapai 136 m. Panjang setiap sisinya 214 m. Jumlah batu-batu pada piramid ini sekitar 2,2 juta meter kubik.
o Menkaura
Piramid ini dibangun oleh Menkaura, putra Chevren. Dibangun pada tahun 2600 SM. Tingginya hanya 62 meter, panjang tiap sisinya yang dilapisi dengan granit hanya 104 m.
Spinx
Spinx adalah Patung purbakala yang besar, berbadan singa dan berwajah manusia. Patung ini berukuran panjang 70 meter dan tinggi 20 meter, dibangun oleh Raja Chepren pada tahun yang sama dengan pyramid Chepren. Sphinx ini terletak sekitar 200 meter arah Timur piramida, dan seolah-olah tampak sebagai penjaga piramida bila dilihat dari depan. Dulu, tubuh Sphinx sempat terkubur dalam hamparan padang pasir sampai bagian leher, dan baru jelas terlihat seluruhnya pada tahun 1926.
Selain tiga Pyramid Giza yang kesohor itu, sebenarnya masih banyak pyramid di Mesir ini. Jumlah seluruhnya mencapai 94 pyramid. Hanya bentuknya saja yang relatif lebih kecil dari ketiga Pyramid Giza. Pyramid-pyramid ini diyakini sebagai tempat pemakaman para raja Firaun/Ramses beserta harta kekayaannya yang berkuasa pada tahun 2635-1780 SM.

Wednesday, March 12, 2008

GUNUNG SINAI / MUSA

Gambar disamping puncak gunung Sinai

Gunung Sinai juga di kenal dengan jabal Horeb atau Jabal Musa atau Thursina yaitu sebuah gunung yang terletak di semenannjung Sinai di Mesir, tingginya 2,285 meter, gunung Sinai ini termasuk cerita dalam sejarah, dan tercantum dalam kitab suci Al-qur’an, bahwa di puncak gunung Sinai ini tempat Allah SWT berbicara pada nabi Musa As dan tempat nabi Musa bermunajat selama 40 malam. Sebagaimana .firman Allah tercantum dalam surat Tin dan surat Al- Baqoroh ayat 51, Dalam surat Taha ayat 9 -- 13 bahwa Nabi Musa menerima wahyu pertama.

Di puncak gunung Musa/ Sinai ini ada sebuah Mushollah dan gereja, Dan di tengah-tengah perjalanan naik ke puncak ada tempat peristirahatan untuk menjual minuman, Disekitar kaki gunung kebanyakan penduduk arab badwi yang tinggal disana..

Di bawah gunung ..terdapat juga gereja ortodoks yang berusia lebih 500 tahun, .Di musim dingin udara di puncak gunung diwaktu malam mencapai 5 darjat celsius ,para pengunjung kebanyakan naik ke puncak gunung dimulai dari jam 12 malam sehingga turun sampai bawah kaki gunung dipagi hari... pemandangan menguning padang pasir dan batu-batu, gunung ini tidak pernah sunyi menerima kunjungan dari ketiga penganut agama : Yahudi, Kristen, islam yang datang dari seluruh pelosok dunia.

Sunday, January 20, 2008

Perjalanan Nabi Yusuf AS Di Fayum

Napak Tilas Perjalanan Nabi Yusuf As

Oleh: Aep Saepulloh Darusmanwiati

Asal muasal nama al-Fayyum

Propinsi al-Fayyum—kurang lebih 90 KM dari Kairo--termasuk propinsi tua di Mesir. Keberadaan propinsi ini sangat sarat dengan sejarah. Bahkan, sangat erat kaitannya dengan seorang Nabi yang sangat terkenal akan kegantengannya, Nabi Yusuf as.

Dalam kesempatan kali ini, penulis mencoba melihat sejarah al-Fayyum dari tulisan para ulama Islam dahulu yang hidup pada abad ke 3 dan ke 4 hijriyyah, karena tulisan-tulisan mereka, hemat penulis, sangat luar biasa dan termasuk kategori turats. Penulis sengaja tidak mengambil bahan dari para penulis kontemporer, mengingat tulisan-tulisan turats, hemat penulis, masih lebih bagus dan lengkap dibanding buku-buku kontemporer.

Menurut para ahli sejarah, yang membangun pertama kali kota al-Fayyum adalah Nabi Yusuf as. Bahkan, kota al-Fayyum dibangun berdasarkan wahyu dari Allah kepada Nabi Yusuf untuk menyelamatkan Mesir yang akan dilanda kekeringan selama tujuh tahun. Ini artinya, bahwa al-Fayyum merupakan salah satu dari dua kota yang dibangun berdasarkan wahyu dari Allah swt. Satu kota lainnya yang dibangun berdasarkan wahyu dari Allah adalah Mekkah melalui Nabi Ibrahim as.

Sebelum lebih jauh melihat sejarah pembangunan kota al-Fayyum ini, perlu penulis sampaikan bahwa kata al-Fayyum berasal dari kata Alf Yaum yang berarti seribu hari. Ada dua riwayat, hemat penulis, yang menjelaskan mengapa disebut dengan Alf Yaum.

Riwayat pertama, sebagaimana ditulis oleh Imam al-Humairy dalam bukunya ar-Raudh al-Mu'ththar fi Khabar al-Aqthar, disebut Alf Yaum karena perharinya pajaknya mencapai 1000 (alf) dinar. Ini artinya, pajak satu hari di al-Fayyum sama dengan seribu hari (Alf Yaum) di kota-kota Mesir lainnya. Hanya riwayat ini, tidak masyhur di kalangan para ahli sejarah.

Riwayat kedua, dan riwayat ini merupakan riwayat yang paling masyhur, bahwa penamaan al-Fayyum ini erat kaitannya dengan Nabi Yusuf as. Saat itu, setelah Nabi Yusuf mendekam dipenjara selama 7 tahun (sejak usia 31-38 tahun), satu tahun berikutnya beliau diangkat menjadi menteri ekonomi—bahkan riwayat lain mengatakan menjadi perdana menteri.

Tugas pertama yang diemban Nabi Yusuf sangat berat, karena raja saat itu meminta Nabi Yusuf untuk memikirkan cara menangani tujuh tahun kekeringan yang akan melanda Mesir tersebut. Di tengah kebingungan tersebut, Allah lalu memerintahkan Nabi Yusuf untuk pergi ke sebuah daerah—al-Fayyum saat ini-- yang saat itu disebut dengan nama Jaubah (lobang tempat pembuangan air kotor). Di sana Nabi Yusuf mulai memperhatikan dengan seksama daerah tersebut sekaligus mengukur ketinggian daerah dikaitkan dengan ketinggian sungai nil. Dan karena itulah, para ahli sejarah menjuluki Nabi Yusuf sebagai insinyur pertama dalam catatan sejarah manusia, karena ia mampu melakukan pengukuran tinggi rendahnya air sungai nil dengan daerah saat itu.

Allah kemudian memerintahkan Nabi Yusuf untuk menggali tiga selat yang meliputi selat bagian barat, timur dan bagian atas, hulu (upper, sha'id). Selat ini dibangun untuk mengalirkan air dari sungai nil ke daerah Jaubah atau al-Fayyum saat ini. Bahkan bukan hanya itu, dari penggalian tersebut, ada beberapa mata air yang sangat besar dan bersih yang kemudian menjadi sumber kehidupan masyarakat al-Fayyum saat ini. Di antara selat tersebut juga ada yang fungsinya untuk membuang air kotor yang yang berada di Jaubah.

Dengan digalinya tiga selat tersebut, daerah al-Fayyum menjadi subur dan hijau, karena air sudah masuk, baik dari sungai nil maupun air yang keluar dari dalam tanah. Setelah itu, Nabi Yusuf kemudian membangun 360 kampung di kota Jaubah tersebut. Jumlah tersebut disesuaikan dengan jumlah hari dalam satu tahun (satu tahun berkisar sekitar 360 hari) dengan maksud bahwa satu kampung di kota al-Fayyum ini dapat mencukupi kebutuhan seluruh penduduk Mesir saat itu dari kelaparan dan kekeringan. Dan luar biasa, dengan idenya ini, Mesir selamat dari kekeringan selama tujuh tahun. Bahkan, bukan hanya dapat menyelamatkan penduduk Mesir, dengan ide dari Nabi Yusuf ini juga, dapat menyelamatkan penduduk-penduduk Negara tetangga seperti Syiria, Palestina, Mekkah dan Madinah (saat ini) dari kekeringan dan kelaparan.

Proyek pembangunan al-Fayyum tersebut dapat diselesaikan oleh Nabi Yusuf hanya dalam waktu 70 hari saja. Ketika raja Mesir saat itu melihat pembangunan yag dilakukan Nabi Yusuf, ia berkata: "Luar biasa, hanya dengan 70 hari saja, Yusuf dapat membangun kota ini, padahal untuk dapat seperti ini, minimal diperlukan waktu seribu hari (Alf Yaum). Ini betul-betul pertolongan dari langit". Sejak itulah, nama Jaubah berubah mejadi Alf Yaum yang kemudian disingkat lagi menjadi kota al-Fayyum.

Masih semakna dengan riwayat di atas, hanya berbeda dalam sebab awalnya saja, dikisahkan bahwa setelah Nabi Yusuf menjadi menteri selama 30 tahun, Firaun kemudian memecatnya. Ketika Nabi Yusuf menanyakan alasan pemecatannya, Firaun menjawab: "Saya memecat kamu bukan karena kamu tidak baik. Saya tidak akan melupakan kebaikan, jasa dan kehebatan kamu. Akan tetapi nenek moyang saya berwasiat agar jangan menjadikan seseorang sebagai menteri lebih dari 30 tahun, karena dikhawatirkan dia akan mengincar jabatan raja".

Nabi Yusuf lalu menjawab: "Anda sendiri sudah mengetahui saya tidak pernah ada ambisi untuk menjadi raja. Tapi semua terserah anda. Hanya, saya meminta Anda memberikan tanah kepada saya biar saya oleh untuk menghidupi saya dan keluarga saya".

Fir'aun lalu berkata: "Silahkan ambil dan pilih tanah yang kamu sukai". Nabi Yusuf lalu pergi melihat-lihat tanah yang menurutnya cocok. Allah lalu memerintahkan agar mengambil al-Fayyum. Nabi Yusuf kemudian mengukur dan menimbang sungai nil, dan kemudian menggali tiga lobang untuk mengalirkan air dari sungai nil. Setelah itu, Nabi Yusuf membangun 360 kampung dalam waktu 70 hari saja. Dan setiap kampung dapat menutupi satu hari kebutuhan penduduk Mesir yang kelaparan. Ketika Fir'aun melihat apa yang dilakukan Nabi Yusuf, ia mengatakan: " Luar biasa, hanya dengan 70 hari saja, Yusuf dapat membangun kota ini, padahal untuk dapat seperti ini, minimal diperlukan waktu seribu hari (Alf Yaum). Ini betul-betul pertolongan dari langit".

Sejak itu, kota tersebut dikenal dengan nama al-Fayyum, dan Nabi Yusuf kembali diangkat menjadi menteri, bahka beliau meninggal masih menjabat sebagai menteri.

Dengan ide luar biasa Nabi Yusuf inilah, kota al-Fayyum sekarang menjadi kota paling banyak airnya di Mesir. Orang-orang Mesir menyebut al-Fayyum sebagai Makhzan al-Maa (gudangnya ar). Saking banyaknya air, kita dapat menjumpai beberapa kolam ikan di Fayyum, sesuatu yang tidak akan dijumpai di propinsi-propinsi Mesir lainnya, selain di Fayyum.

Bukan hanya itu, menurut para ahli sejarah, air yang ada di al-Fayyum ini sangat mempengaruhi warna dan rasa dari sungai Nil yang ada di Mesir secara umum. Apabila air di al-Fayyum ini surut, maka warna dan rasa air nil akan berubah di seluruh Mesir. Sekalipun sampai saat ini, belum terjadi, akan tetapi hemat penulis, hal demikian masih sangat mungkin, karena semua itu berkat ide brilian Nabi Yusuf yang menimbang dan mengukur ketinggian air nil dimaksud.

Karena kesuburannya ini juga, al-Fayyum termasuk propinsi yang banyak menghasilkan padi, yang tentunya tanaman padi ini jarang ditanam di propinsi lain, mengingat terlalu banyak memerlukan air.

Itulah al-Fayyum, propinsi paling subur di Mesir. Semua itu berkat ide dan kecerdasan Nabi Yusuf di samping wahyu dan bimbingan dari Allah swt kepadanya.

Ketika Yunani berkuasa di Mesir, kota al-Fayyum diganti dengan nama Crocodilopolis atau dalam bahasa Arab disebut dengan Madinah at-Timsah yang berarti Kota Buaya. Hal ini mengingat di al-Fayyum dahulunya banyak sekali buaya yang berkeliaran. Untuk itu pula dewa yang berkuasa dan menguasai al-Fayyum—menurut kepercayaan Mesir Kuno—bernama Dewa Sobek yang digambarkan dengan tubuh manusia tapi berkepala buaya.

Untuk mengenang jasa Nabi Yusuf as atas pembangunan kota al-Fayyum ini, sampai saat ini di al-Fayyum ada sebuah kampung yang bernama kampung Yusuf as-Shiddiq. Bahkan, sungai yang dibuat oleh Nabi Yusuf pun, sampai saat ini masih dapat disaksikan, yang memanjang luas di kota Fayyum yang bernama Bahr Yusuf, sungai Yusuf.

Siapa raja atau Fir'aun yang berkuasa saat itu?

Menurut para ahli sejarah, Nabi Yusuf as datang ke Mesir ketika berusia 15 tahun, dan saat itu Mesir dikuasai oleh dynasty Hyksos (dinasti ke 15 dan 16) pada saat rajanya saat itu bernama Ababil Awwal, yang perdana menterinya saat itu bernama Futi Fari' yang berarti pemberian Dewa Ra'. Futi Fari' ini dalam Taurat disebut dengan Futhifaar, dan menurut Ibnu Abbas disebut Qithfiir. Dan dynasty ke 15-16 ini masuk dalam kategori Second Intermediate Period (1640-1532 SM).

Hyksos adalah penguasa yang berasal dari Asia. Artinya, Mesir pernah dikuasai oleh raja-raja berdarah Asia kurang lebih 108 tahun. Karena itu, pada awal masa dynasti ini gelar yang dipakai bukan Fir'aun, akan tetapi raja. Hal ini mengingat para penguasanya bukan orang-orang Mesir asli, akan tetapi orang-orang Asia. Meski pada akhirnya berubah menjadi Fir'aun.

Dynasti Hyksos ini dalam catatannya terdiri dari delapan orang raja—sebagaimana ditulis oleh DR. Salim Hasan dalam bukunya Mishr al-Qadimah-- yaitu:

1. Samqonre' 2. 'Anat Hur 3. Khiyan 4. Banun

5. Aba Khanas 6. Abu Fiis 7. Yana 8. Asis

Pertanyaannya, pada masa raja siapa Nabi Yusuf as datang ke Mesir? Menurut pendapat yang paling masyhur, bahwa Nabi Yusuf as datang ke Mesir, pada masa raja Khiyan, yang perdana menterinya bernama Futi Fari' atau dalam Taurat disebut dengan Fuutifaar, atau Qithfir dalam sejarah Islam. Raja Khiyan dalam sejarah Islam disebut dengan nama Rayyan yang berkuasa sekitar tahun 1762 SM.

Dalam catatan sejarah, Khiyan adalah raja yang sangat berkuasa dan paling banyak meninggalkan peninggalan purba. Ia berkuasa bukan saja atas Mesir, tapi sampai ke Syiria dan Palestina.

Sejarah Singkat Perjalanan Nabi Yusuf as.







RAJA-RAJA MESIR

RAJA-RAJA HYKSOS

TAHUN SM





























Dinasti ke 13 di mana pusat kerajaannya ada di Delta bagian barat

UMUR

KEJADIAN







Samqun Ra'

0

Nabi Yusuf lahir di Haran, Palestina









Usia Nabi Ya'kub 51 tahun







1768

10 tahun

Benyamin lahir









Usia Nabi Ya'kub 61 tahun, dan wafat ibunya Nabi Yusuf, Rahil (Rachel)







'Anat Har

1766

12 tahun









Usia Nabi Ya'kub 63 tahun, dan wafatnya Nabi Ishak







Dinasy ke 15 rajanya adalah Khyan, raja Hyksos yang berkuasa selama 50 tahun.

1765

13 tahun









Ya'kub dan 'Isu, kakaknya, berpisah







14 tahun

Nabi Yusuf mimpi dan dimasukkan ke dalam sumur















15 tahun

Nabi Yusuf sampai di Mesir















30 tahun

Nabi Yusuf dewasa









Fitnah dari Zulaikha







31 tahun

Nabi Yusuf masuk penjara















38 tahun

Keluar dari penjara















39 tahun

Menjadi menteri









Raja mimpi







Dinasti ke 14, pusat kerajaannya atau ibu kotanya di Thebes, Luxor (Thaibah).

40 tahun

Awal masa 7 tahun subur









Nabi Yusuf membangun al-Fayyum







47 tahun

Awal masa 7 tahun kekeringan















48 tahun

Saudara2 Nabi Yusuf datang pertama kali















49 tahun

Saudara2 Nabi Yusuf datang kedua kali















50 tahun

Saudara2 Nabi Yusuf datang ketiga kali









Nabi Ya'kub datang ke Mesir







51 tahun















54 tahun

Berakhir masa kekeringan dan kelaparan















55 tahun

Masa kemakmuran















59 tahun















60 tahun















1715

63 tahun















Dinasty ke-16, rajanya adalah Abu phis I (Apophis) berkuasa selama 40 tahun

1708

70 tahun















1698

80 tahun















1688

90 tahun















1682

96 tahun

Umur Nabi Yusuf ketika ayahnya, Ya'kub wafat









Nabi Ya'kub wafat dalam usia 147 tahun







1678

100 tahun















1675

103 tahun















Masa raja Abu Phis II (Aphopis II)

1668

110 tahun

Nabi Yusuf wafat









Ada yang mengatakan usia Nabi Yusuf 130 tahun