Sunday, December 30, 2007

MASJID IBROHIM AL-JAWWAD

Tidak jauh dari pohon maryam, Setelah ibu-ibu menelusuri dari tempat sejarah pohon mariyam diajak oleh guide ust Aep Saifullah untuk meneruskan perjalanan ke masjid Ibrohim Al-Jawwad yaitu masjid salah seorang keluarga Nabi Muhammad saw dari keturunan Imam Hasan, yang bernama Sayyid Ibrahim bin Abdullah bin Hasan al-Mutsanna bin Imam Hasan. Di dalam mesjid ini ada kuburan beliau, hanya saja tidak utuh seluruh tubuhnya kata Guide ust Aep Saifullah. Yang dikubur di dalam mesjid itu, hanyalah kepalanya saja.

Di mesir ada tiga makam ahlul bait Rasulullah saw yang isinya hanya kepalanya saja. Pertama, makam Imam Husain di Mesjid Husain. Kedua, makam Zaid bin Ali Zainul Abidin di mesjid Ali Zainul Abidin. Ketiga makam Ibrahim al-Jawwad di Matariyyah.

Tempat Persembunyian Nabi Isa Dan Mariyam Di Mesir


persembunyian Nabi Isa dan Maryam

Setelah berteduh di pohon Maryam, Nabi Isa dan Siti Maryam juga mempunyai tempat bersembunyi khusus dari kejaran Herodus yang terus mencari tahu keberadaanya dan hendak membunuhnya. Tempat bersembunyinya itu kini masih ada dan berada di Kairo tepatnya tidak jauh dari Masjid Amer bin Ash.
Tempat persembunyian tersebut kita hanya bisa melihat dari atas tangga karena dikunci untuk tangga turun masuk ke ruangan persembunyian tapi penutupnya berupa pintu kayu jari-jari yang jarang sehingga bisa kelihatan sebagian ruangan.

Saturday, December 29, 2007

Bab Zuwaylah

Setelah mengunjungi Masjid-masjid dan Makam para Auliya, ibu-ibu meneruskan kunjungan dengan dipandu oleh ust.Aep Saifullah ke Bab Zuwaylah, atau Bab Mutawalli, yang merupakan pintu masuk ke kota Kairo . Pintu Zuwailah ini juga menjadi sejarah tempat pelaksanaan hukuman gantung pertama di Mesir. Pintu ini juga dikenal dengan pintu Mutawalli yang dinisbahkan kepada seorang ahli ibadah dan orang shaleh terkenal yang bernama Syaikh Mutawalli. Syaikh Mutawalli terkenal mempunyai banyak karamat, di antaranya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, khususnya sakit gigi, dengan cara pengobatan
yang tentu, sangat berlainan dengan ahli lainnya.

Monday, December 24, 2007

MISTERI JABAL MUQATTAM DI MESIR

Pada Tanggal 4 September 2007 Majlis Taklim Al-Muttaqin Ziarah Para Auliya : Menapaki Jejak Para Wali Allah Yang Dipandu Oleh Guide Terkenal Ust, Aep Saifullah. Diantaranya ke Jabal Muqattam.
Arti dan Asal nama Muqattam
Mengapa gunung tersebut disebut dengan Muqattam? Ada empat riwayat tentang asal usul nama Muqattam ini.
Riwayat pertama mengatakan, bahwa nama Muqattam diambil dari salah seorang keturunan Nabi Nuh yang bernama al-Muqattam bin Mashr bin Baishar bin Ham bin Nuh.
Menurut riwayat ini, al-Muqattam bin Mashr ini seorang hamba ahli ibadah. Ia menjadikan gunung tersebut sebagai tempat beribadahnya, dan karena itu dinamakan jabal Muqattam.
Riwayat kedua mengatakan bahwa nama Muqattam ini dinisbahkan kepada seorang ahli kimia yang bernama Muqaithaam al-Hakim.
Ibrahim bin Wushaif Syah pernah menuturkan, bahwa ketika Mashrayim bin Baishar bin Ham bin Nuh menjadi raja di Mesir, para ilmuwan dan dukun-dukun istana (penasehat raja) menghabarkan bahwa di beberapa tempat di Mesir--dan salah satunya di dalam Jabal Muqattam--terdapat barang-barang tambang dan harta karun yang tidak terhingga nilainya, mulai dari emas, berlian, batu fairuz dan lain sebagainya. Mereka juga menyarankan agar raja menggunakan cara kimia dalam menggali dan menemukan barang-barang berharga tersebut, agar lebih mudah dan tidak merusak benda-benda dimaksud.
Raja Mashrayim lalu menunjuk seorang ahli kimia terkenal saat itu yang bernama Muqaithaam al-Hakim. Dalam menjalankan tugasnya, Muqaithaam al Hakim menjadikan sebuah gunung yang letaknya di sebelah timur sebagai tempat meracik bahan-bahan kimia dimaksud. Dari situlah kemudian gunung tersebut dikenal dengan nama Muqattam sebagai nishbah kepada dirinya.
Riwayat ketiga, sebagaimana dikatakan oleh al-Bakry, bahwa gunung tersebut sudah sejak dulu diberi nama Muqattam dan tidak ada kaitan dengan hal-hal sebelumnya. Al-Bakry dalam hal ini berkata: “Al-Muqattam dengan dibaca dhammah huruf mimnya, dibaca fathah huruf keduanya (huruf qaf=pent) dan ditasydid huruf tha’ nya adalah sebuah gunung yang berada di Mesir, tempat menguburkan penduduknya yang meninggal dunia”.
Riwayat keempat merupakan pendapat jumhur ulama sebagaimana ditulis oleh DR. Suad Mahir Muhammad dalam bukunya Masajid Mashr wa Auliyaauhas Shalihun Juz 1 hal 49--mengatakan bahwa nama Muqattam ini diambil dari kata al-Qathmu yang berarti putus, gundul (al-Qath’u). Hal ini sesuai dengan keadaan gunung itu sendiri yang gundul tidak ada tanaman, pepohonan yang tumbuh di atasnya. Karena tidak ada tanaman atau pepohonan di atasnya itulah (gundul), maka kemudian gunung tersebut dikenal dengan sebutan Jabal Muqattam. Riwayat ini disampaikan di antaranya oleh Ali bin Hasan al-Hana’iy ad-Dausy sebagaimana dinukil oleh al-Maqrizi dalam al-Mawa’id nya.
Sebab gundulnya Jabal Muqattam
Jabal Muqattam yang nampak sekarang ini gundul tidak ada tanaman atau pepohonan yang tumbuh di atasnya, dahulunya merupakan gunung yang hijau, rindang, banayak pepohonan dan tanaman bahkan ada beberapa sumber air di dalamnya. Hanya, setelah terjadinya dialog antara Allah dengan Nabi Musa di Gunung Thur Sina, Jabal Muqattam menjadi gundul seperti sekarang ini. Untuk lebih lengkapnya, berikut penulis sampaikan riwayat di bawah ini:
Imam Ibnu al-Kindy dalam bukunya Fadhail Mashr al-Mahrusah menuturkan sebuah riwayat:: Suatu hari Amer bin Ash bersama Muqauqis--raja Mesir saat itu--berjalan di kaki gunung Muqattam.
Amer bin Ash kemudian bertanya: “Mengapa gunung kamu ini gundul tidak ada tanaman atau pepohonan di atasnya tidak seperti gunung-gunung yang ada di Syam, dan bagaimana kalau kita alirkan di lembahnya air dari Nil lalu kita tanami pepohonan kurma?”
Muqauqis menjawab: “Saya menemukan beberapa keterangan dalam buku-buku bahwa dahulunya gunung ini adalah gunung yang paling banyak ditumbuhi pepohonan, tanaman dan buah-buahannya, karena itu al-Muqattam bin Mashr bin Baishar bin Ham bin Nuh menjadikannya sebagai tempat tinggal.
Suatu malam, di mana pada malam tersebut Nabi Musa as bercakap-cakap dengan Allah, Allah berfirman: “Pada malam ini Aku baru saja bercakap-cakap dengan salah satu Nabi-Ku di atas salah satu gunung di antara kalian”.
Semua gunung saat itu tidak ada yang merendah dan mengecil, bahkan masing-masing membusungkan dan membesarkan dirinya—barangkali sebagai rasa iri mengapa bukan dia yang dijadikan tempat untuk bercakap-cakap tersebut=pent—kecuali gunung Bait al-Muqaddas—dalam riwayat lain kecuali Jabal Tur Sina sebagaimana riwayat yang ditulis oleh Ibnu az-Ziyat dalam bukunya al-Kawakib as-Sayyarah fi Tartib az-Ziyarah hal 12. Ia mengecilkan dan merendahkan dirinya.
Allah lalu bertanya kepada gunung Baitul Muqaddas tersebut: “Mengapa kamu lakukan itu wahai gunung Baitul Muqaddas—dan Allah tentu lebih mengetahuinya?”
Gunung Baitul Muqaddas itu menjawab: “Sebagai rasa penghormatan dan pengakuan akan keagunganMu ya Allah”.
Allah kemudian memerintahkan semua gunung untuk memberikan sebagian kekayaan, seperti tanaman yang dimilikinya.
Semua gunung memberikan sebagian kekayaannya, kecuali Jabal Muqattam, ia memberikan semua yang dimilikinya, termasuk tanaman dan pepohonan yang tumbuh di atasnya sehingga tidak ada satupun tanaman, pepohonan yang tersisa sebagaimana nampak saat ini.
Ketika Allah mengetahui niat baik gunung Muqattam ini, Allah lalu berfirman: “Aku mengetahui niat dan kebaikanmu, karena itu tanaman-tanamanmu ini akan aku gantikan dengan pohon-pohon dan tanaman-tanaman surga”.
Dalam riwayat al-Hatnaty dan lainnya sebagaimana dinukil oleh Ibnu az-Ziyat, Allah lalu berfirman: “Aku akan menggantikan apa-apa yang pernah ada di atas punggungmu itu, dan Aku akan menjadikan di kakimu itu tanaman-tanaman surga”.
Keutamaan Jabal Muqattam
Imam Muwafiquddin bin Utsman dalam bukunya al-Mursyid mengatakan:
إذا أردت أن تعرف شرف الأرض, فانظر إلى المدفونين بها.
Artinya: “Apabila Anda hendak mengetahui mulianya sebuah lahan, maka lihat orang-orang yang dikuburkan di dalam lahan tersebut”.
Kemudian ia mengutip firman Allah dalam surat Thaha ayat 55 di bawah ini:
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى [طه: 55]
Artinya: “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain” (QS. Thaha ayat 55).
Ungkapan Imam Muwaffiquddin di atas, hemat penulis, tidak berlebihan; di antara ciri dan tanda untuk mengetahui mulianya sebuah tempat adalah dengan melihat orang-orang yang dikuburkan di dalamnya. Baqi’ misalnya, merupakan lahan pekuburan yang mulia mengingat lebih dari 5 ribu sahabat Nabi saw dikuburkan di dalamnya. Bahkan, sebagian besar Ahlul Bait Nabi saw, seperti Fatimah az-Zahra, Imam Hasan, isteri-isteri, putra putri Rasulullah saw, para ulama seperti Imam Malik, Imam Nafi’ dan lainnya dikuburkan di sana.
Pekuburan Uhud, pun demikian. Ia merupakan tempat dan lahan yang mulia karena lebih dari 70 sahabat Nabi saw yang gugur pada perang Uhud termasuk paman Rasulullah saw, Sayyidina Hamzah dan sepupu Rasulullah saw, Abdullah bin Jahsy, dikuburkan di sana.
Demikian juga dengan Jabal Muqattam. Lebih dari 500 orang-orang pilihan yang terdiri dari para ulama, orang-orang shaleh dan sahabat Nabi saw, dikuburkan di kaki gunung Muqattam ini. Ini menunjukkan bahwa Jabal Muqattam-- termasuk lembah, kaki dan daerah sekitarnya--merupakan tempat mulia dan pilihan.
Terdapat banyak riwayat yang menceritakan kemulian dan keistimewaan Jabal Muqattam ini, di antaranya adalah:
1. Abul Qasim Abdurrahman bin Abdullah bin Abdul Hakam dalam bukunya Futuh Mashr wa Akhbaruha (Juz 1 hal 274) menukil sebuah riwayat: Abdullah bin Shalih berkata: Laits bin Sa’ad bertutur bahwa Muqauqis--raja Mesir saat itu—meminta Amer bin Ash agar menjual kaki Jabal Muqattam ini seharga 70 ribu dinar.
Amer bin Ash kaget mendengar hal itu, lalu ia berkirim surat ke Umar bin Khatab yang saat itu menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar ash-Shiddiq di Madinah menceritakan keinginan Muqauqis tersebut berikut menjelaskan keadaan kaki Gunung Muqattam yang hendak dibeli tersebut.
Umar kemudian menjawab surat Amer bin Ash tersebut: “Tanyakan kepadanya, mengapa ia berani membeli kaki Gunung tersebut dengan harga mahal padahal tidak ada tanaman sedikitpun, juga tidak ada sumber air—dalam riwayat lain disebutkan: tidak ada manfaatnya”.
Amer bin Ash lalu menanyakannya, dan Muqauqis menjawab: ‘Saya mendapatkan keterangan tentang kaki Gunung Muqattam ini dari buku-buku dahulu, bahwa di kaki Gunung tersebut terdapat tanaman-tanaman (atau taman) surga”.
Amer bin Ash segera menyampaikan jawaban Muqauqis tersebut kepada Umar bin Khatab. Umar kembali berkirim surat: “Kami tidak mengetahui tanaman-tanaman surga itu melainkan bagi orang-orang mukmin. Kuburkanlah di kaki gunung tersebut setiap orang muslim yang meninggal, dan jangan kamu jual sedikitpun daripadanya”.
Amer bin Ash lalu melaksanakan perintah Umar bin Khatab tersebut. Muqauqis pun marah mendengar hal itu, lalu Amer bin Ash memberikan kepada Muqauqis secupak lahan dari kaki Jabal Muqattam ini yang ke arah Habasy (kini sekitar Fustath, Old Cairo bagian utara), untuk dijadikan komplek pemakaman orang-orang Nashrani.
Orang yang pertama dikuburkan di kaki Jabal Muqattam ini seorang laki-laki dari suku Ma’afir—sebuah suku yang berasal dari negeri Yaman—yang bernama ‘Aamir.
2. Abu Sa’id Abdurrahman bin Ahmad bin Yunus dalam bukunya Tarikh Mashr, menukil sebuah riwayat dari Harmalah bin Imran yang berkata: “’Amir bin Mudrik al-Khaulany bertutur: Sufyan bin Wahab al-Khaulany berkata: “Suatu hari ketika kami bersama Amer bin Ash di sebuah kaki Jabal Muqattam dan saat itu Muqauqis turut juga bersama kami, Amer bin Ash bertanya: “Mengapa gunung kamu ini gundul tidak ada tanaman atau pepohonan di atasnya tidak seperti gunung-gunung yang ada di Syam, dan bagaimana kalau kita alirkan di lembahnya air dari Nil lalu kita tanami pepohonan kurma?”
Muqauqis menjawab: “Saya tidak tahu. Namun Allah telah menjadikan kaya penduduknya dengan sungai Nil. Hanya saja, kami mendapati bahwa di kaki Gunung Muqattam ini terdapat sesuatu yang lebih baik dan lebih berharga dari itu.
Amer bin Ash segera bertanya: “Apa itu?”
Muqauqis menjawab: “Dikuburkan di dalamnya (di kaki Jabal Muqattam) satu kaum yang kelak akan dibangkitkan pada hari Kiamat tanpa dihisab terlebih dahulu”.
Amer bin Ash sepontan berkata: “Ya Allah, jadikan saya termasuk di antara mereka”.
Harmalah lalu berkata: “Saya melihat kuburan Amer bin Ash, Abu Bashrah al-Ghifary dan kuburan Uqbah bin Amir al-Juhany. Amer bin Ash juga memberikan sebilah bidang kaki Gunung Muqattam kepada Muqauqis antara kuburan dan di antara mereka (tempat orang-orang Nashrani).
Imam Muwaffiquddin bin Utsman dalam bukunya al-Mursyid (Juz 1 hal 8) mengatakan bahwa: “Dalam beberapa buku disebutkan bahwa akan dibangkitkan kelak pada hari Kiamat dari kaki Gunung Muqattam ini 80 ribu pemimpin yang akan masuk ke dalam surga tanpa dihisab terlebih dahulu”.
3. Dalam sebuah riwayat disebutkan, ‘Iyas bin Abbas bertutur bahwa Ka’ab al-Ahbar pernah berkata kepada seorang laki-laki yang hendak pergi menuju Mesir: “Saya minta tolong ambilkan untuk saya sedikit tanah dari kaki Gunung Muqattam, karena kami mendapatkan dalam buku-buku dahulu bahwasannya Allah telah mensucikan kaki gunung Muqattam tersebut yang dibatasi dari daerah Qashim sampai ke Yahmum”.
Lalu laki-laki itu membawakannya dalam sebuah tempat, dan ketika Ka’ab sedang sakaratul maut, ia meminta agar tanah tersebut ditaburkan ke dalam kuburnya terlebih dahulu sebagai upaya tabarruk (mengharap berkah) sebelum mayatnya diletakkan.
4.. DR. Su’ad Mahir Muhammad dalam bukunya Masajid Mashr wa Auliyaauhas Shaalihun (juz 1 hal 50) mengatakan bahwa di antara riwayat yang dijadikan landasan sejarawan abad pertengahan sebagai alasan orang-orang Kristen memuliakan Jabal Muqattam ini dan alasan kuat mengapa Muqauqis berkeinginan kuat untuk membelinya adalah riwayat sebagaimana yang dituturkan oleh al-Qudha’iy: bahwa Nabiyullah Isa as bersama ibunya, Maryam, pernah melewati Jabal Muqattam ini.
Siti Maryam lalu berkata: “Putraku, tadi kita telah melewati banyak gunung, akan tetapi tidak ada gunung yang lebih indah yang banyak mengeluarkan cahaya selaini gunung ini”.
Nabi Isa as menjawab: “Mamih, kelak di gunung ini akan dikuburkan sekelompok ummat dari ummatnya Ahmad (maksudnya Nabi Muhammad saw=pent). gunung ini adalah tanaman-tanaman dan taman-taman surga”.
Senada dengan riwayat di atas al-Maqrizi juga menukil sebuah riwayat dalam bukunya al-Mawa’izh wal I’tibar: Asad bin Musa berkata: “Saya mengantar satu mayat bersama Musa bin Luhai’ah. Kami lalu duduk di sekitarnya, lalu Musa bin Luha’iah mengangkat kepalanya memandangi Gunung Muqattam sambil berkata: “Sesungguhnya Nabi Isa as bersama ibunya pernah melewati Gunung Muqattam ini dengan memakai sebuah Jubbah yang terbuat dari wol yang tengahnya diikat dengan sebuah tali.
Ibunya lalu mengalihkan pandangannya menyaksikan dengan penuh seksama Gunung Muqattam. Nabi Isa lalu berkata: “Ibu, ini adalah tempat pekuburan ummat Muhammad saw”.
5. Imam al-Maqrizi demikian juga Imam Muwaffiquddin bin Utsman menukil sebuah riwayat bahwa dikisahkan bahwasannya ketika Nabi Musa as sujud, maka seluruh pepohonan dan tanaman yang berada di Gunung Muqattam juga turut sujud bersamanya.
6. Imam Muwafiquddin dalam bukunya Mursyiduz Zuwwar pernah mengatakan bahwa sebuah riwayat yang berasal dari al-Qudha’i mengatakan dalam kitab Taurat tertulis: “Apabila mendapatkan tempat suciku, maksudnya Lembah Musa (Wadi Musa) yang berada di Jabal Muqattam tepatnya di persimpangan batu-batu, maka ketahuilah bahwasannya Musa as pernah bermunajat kepada Allah di lembah tersebut”.
Dari beberapa riwayat yang telah penulis utarakan di atas dapat penulis simpulkan bahwa di antara keutamaan Jabal Muqattam ini adalah :
1. Lembah, kaki Gunung Muqattam di antara taman dan tanaman surga
2. Orang yang dikuburkan di kaki Gunung Muqattam--dengan idzin Allah--tidak akan dihisab kelak pada hari Kiamat.
3. Tanah yang terdapat di gunung Muqattam adalah tanah mulia
4. Nabi Isa as dan Siti Maryam pernah melewati Gunung Muqattam ini
5. Seluruh pepohonan dan tanaman yang dahulunya berada di atas Jabal Muqattam pernah sujud bersama Nabi Musa as setelah Nabi Musa as bercakap-cakap dengan Allah.
6. Di antara lembah yang berada di Jabal Muqattam pernah dijadikan tempat oleh Nabi Musa as untuk bermunajat kepada Allah swt.

Saturday, December 22, 2007

MASJID QAETBAY

Pada bulan mei 2007 rihlah Majlis Taklim Al-Muttaqin Yang ke 4 untuk menelusuri masjid-masjid bersejarah di Mesir di pandu oleh ust,Aep Saifullah, diantaranya ke masjid Qaetbay.

Masjid ini dibangun oleh raja pada dinasti Mamalik al-Burjiyyah yang bernama Sultan Qaetbay. Sultan Qaetbay adalah raja yang berkuasa paling lama pada dinasti Mamalik al-Burjiyyah atau Mamalik asy-Syarakisah. Ia berkuasa sekitar 29 tahun yakni sejak tahun 873-902 H atau 1496-1468 M.

Perlu juga diketahui bahwa Mesir pernah dikuasai oleh raja-raja yang berasal dari budak-budak belian. Masa ini disebut dengan masa dinasti Mamalik. Mamalik adalah bentuk pural (jamak) dari kata mamluk yang artinya budak-budak belian. Mesir dikuasai dinasti Mamalik kedua terlama setelah masa Turki Utsmani, yakni selama 267 tahun, tepatnya sejak tahun 1250-1517 M. Sedangkan dinasti yang paling lama berkuasa di Mesir adalah dinasti Turki Utsmani (Ottoman) yang berkuasa selama 288 tahun, sejak tahun 1517-1805 M.

Peninggalan-peninggalan arsitektur Islami khususnya berupa Masjid paling banyak adalah peninggalan pada masa Dinasti Mamalik ini. Ada sekitar 33 masjid besar megah. Dinasti Turki Utsmani saja, yang berkuasa paling lama, hanya meninggalkan 6 buah masjid saja, yang salah satunya adalah masjid Mahmudiyyah yang berada di dekat Qal'ah, di dekat masjid Sultan Hasan dan Masjid Imam Rifa'i. Peninggalan atsar Islamy kedua paling banyak adalah peninggalan dari Dinasti Fatimiyyah, yang meninggalkan 7 buah masjid, yang di antaranya adalah masjid al-Azhar dan al-Hakim bi Amrillah.

Dinasti Mamalik terbagi dua, ada Mamalik Bahriyyah dan Mamalik Syarakisah atau al-Burjiyyah. Disebut Mamalik Syarakisah karena rajanya berasal dari budak-budak Turki. Dan Qaetbay adalah salah satunya.

Sultan Qaetbay awalnya juga seorang budak yang dibeli oleh raja Barasbay dengan harga sangat mahal, 50 dinar. Mahalnya ini wajar, karena Qaetbay adalah budak yang cerdas yang memiliki kelebihan, khususnya dalam masalah kenegaraan. Dan karena kecerdasan dan kepiawaiannya itu juga ia menjadi seorang raja terkenal pada dinasti Mamalik Syarakisah.

Qaetbay meninggalkan banyak peninggalan bangunan-bangunan Islami yang megah. Di antaranya adalah Benteng Qaetbay di Iskandariah dan Masjid Qaetbay yang berada di daerah Mansyiah atau Darrasah.

Masjid Qaetbay ini dalam sejarahnya sangat megah dan luas. Bahkan, kemegahannya hampir sebanding dengan kemegahan masjid Sultan Hasan. Hal ini dapat kita benarkan, karena di sekitar masjid Qaetbay saat ini banyak puing-puing bangunan yang dahulunya termasuk bangunan masjid Qaetbay. Hanya saja, mengingat biaya perawatan dan renovasi yang sangat besar, maka masjid Qaetbay yang nampak saat ini, tidak terlalu besar.

Namun, meski tidak terlalu besar, bangunannya cukup indah dengan arsitektur sangat tinggi. Ukiran-ukiran dan warna-warni di dalam masjid sungguh mempunyai daya tarik tersendiri. Barangkali apabila dari nilai seni dan arsitektur, mengalahkan seni arsitektur masjid Sultan Hasan. Hanya sayang, sebagaimana masjid-masjid bersejarah lainnya, nampak kurang terawat dan agak kotor.

Masjid Qaetbay ini dibangun pada tahun 886 H atau 1479 M. Sampai saat ini bangunannya masih berdiri kokoh tanpa ada renovasi berarti dengan nilai seni arsitektur Islam yang sangat tinggi. Arsitektur gaya Turki sangat mendominasi bangunan ini. Hal ini wajar, karena Qaetbay sendiri berdarah Turki.

Di dalam masjid ini terdapat kuburan Sultan Qaetbay bersama keluarganya, isteri dan putranya. Di samping kuburan Qaetbay terdapat bekas telapak kaki yang menempel di atas batu. Menurut Mahmud, penjaga masjid Qaetbay, jejak kaki tersebut adalah jejak kaki Rasulullah saw. Ada dua buah bekas kaki Rasulullah saw di sana. Pertama bekas kaki langsung tanpa alas kaki, dan yang kedua jejak kaki Rasulullah saw yang memakai khauf (kaos kaki yang terbuat dari kulit).

Lalu bagaimana kok, jejak kaki Rasul dapat sampai ke masjid ini? Para sejarawan Mesir mengatakan bahwa ketika Qaetbay berkuasa, ia membeli dua buah jejak kaki Rasulullah saw ini ke gubernur Syiria saat itu. Ia berwasiat bahwa ketika meninggal nanti, jejak kaki Rasulullah saw tersebut mau disimpan di samping kuburannya dan di samping kuburan keluarganya, untuk mengambil berkah.

Tuesday, December 18, 2007

Abu Darda' Pedagang Yang Zuhud

Tepatnya pada bulan september 2006
Majlis Taklim Al-Muttaqin melaksanakan program yang ke tiga kalinya menelusuri masjid-masjid bersejarah dan makam para Ulama' di Mesir diantaranya ke Makam para ulama' di Iskandariyah yang di Pandu oleh Ust Luqman Hakim : Menziarahi makam Abu Darda'.

Abu Darda’adalah orang yang memiliki harta amat banyak, ia kembangkan dengan cara berdagang. Kerena kejujuran dan amanahnya, ia dipercaya oleh penduduk Makkah. Mereka membeli segala keperluannya kepada Abu Darda’ sebab mereka yakin bahwa ia bukanlah penipu. Suatu hari hati dan fikirannya terbuka untuk menerima Islam. Ia pergi menjumpai Rasulullah SAW, untuk masuk Islam.
Abu Darda’ tidak meninggalkan kehidupan duniawi sama sekali, tapi ia juga tidak melalaikan ibadah. Ia mampu menggabungkan antara perdagangan duniawi dengan ibadah. Antara dunia dengan akhirat. Antara muamalah yang benar dengan sesama manusia dan hubungan yang benar kepada Allah.
Ia menganggap bahwa berzikir kepada Allah, takwa, dan ibadah kepada-Nya itu lebih berharga dari pada segala sesuatu yang ada di bumi ini, baik yang berupa harta maupun kesenangan lainnya. Tingkat takwa dan waraknya mencapai peringkat orang-orang yang soleh. Kadang kala ia duduk berdiam diri. Apabila seseorang bertanya: “Untuk apa berdiam diri, hai Abu Darda’?” Jawabnya: “ sedang memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, memperhatikan keindahan ciptaan Allah., dan sungguh zikir kepada Allah adalah amalan yang paling besar.”
. Abu Darda’ mengharapkan agar kaum muslimin memancarkan jiwa hidupnya sederhana dan zuhud, supaya tidak mudah tertipu dengan gemerlapan dunia yang bisa mengganggu untuk beribadah kepada Allah SWT.
Di samping Abu Darda’ memiliki hati yang selalu mementingkan beribadah, fikirannya juga memancarkan makna ilmu. Ia selalu ingin memahami ajaran agama Islam secara sempurna, selalu mencari kebenaran, dan tiap hari makin bertambah pemahamannya terhadap Al-Quran dan sunah Rasul-Nya. beliau berkata: “Bertakwalah sebelum berilmu. Sedang berilmu tidak sempurna tanpa amal.”
Abu Darda’, adalah seseorang yang senang mengamalkan ilmu, senang zuhud dan tekun beribadah kepada Allah, sepanjang hidupnya berjalan di jalan Allah, beliau meninggal di Mesir. Dan di makamkan di kota Iskandariah, Makamnya terletak diantara dua jalan.

Tuesday, December 11, 2007

MASJID AMR BIN ASH

Rombongan ibu-ibu Majlis Taklim Al-Muttaqin menelusuri masjid-masjid bersejarah di Mesir di pandu oleh Dr. Muzaiyanah Muktasim diantaranya berziarah ke Masjid Amr Bin Ash.
Masjid ini terletak di daerah Fustat (Misr al-Qadima, ibukota Mesir pertama), merupakan masjid pertama di Mesir, sekaligus merupakan perguruan pertama yang aktif dalam menyampaikan dakwah Islam sampai abad ke IX M. Ketika ‘Amru bin Ash berhasil melaksanakan misinya masuk daerah Mesir pada tahun 20 H. (641 M.), seketika itu juga beliau mendirikan kota sebagai simbol bahwa kawasan Mesir secara politik berada di bawah bendera Islam, kota itu dinamai Fusthat. Kota tersebut dibangun di atas tanah lapang yang membentang antara Nil dan bukit Muqattham, saat itu di atasnya tidak berdiri satu bangunan kecuali benteng Babilon yang sedang mereka kepung.Maka dengan demikian Fusthat adalah kota Islam pertama di Mesir. Di awal-awal pembangunannya, Fusthat hanya dihuni oleh orang arab saja.
Seiring dengan pendirian simbol politik Islam, ‘Amru bin Ash melanjutkan misinya dengan mendirikan simbol agama Islam yaitu sebuah masjid jami’ yang dinamai dengan namanya, Jami’ ‘Amru bin Ash.

Wednesday, November 28, 2007

Sayyidah Nafisah Terkenal Seorang Zuhud

Sejak berusia lima tahun Sayyidah Nafisah menghafal Al-Qur'an dan mempelajari tafsir Al-qur'an, serta selalu menziarahi makam datuknya, Rasulullah Saw. Sayyidah Nafisah terkenal zuhud, berpuasa di siang hari dan bangun di malam hari untuk bertahajud dan beribadah kepada Allah SWT.
Sayyidah Nafisah mulai umur enam tahun selalu menunaikan salat fardu dengan teratur bersama kedua orang tuanya di Masjid Nabawi.
Sayyidah Nafisah menikah dengan putra pamannya, Ishaq al-Mu'tamin. Pernikahan itu berlangsung pada tanggal 5 Rajab 161 H. Umur Sayyidah Nafisah ketika itu 16 tahun. Ia dikaruniai seorang putra bernama al-Qasim dan seorang putri bernama Ummu Kultsum. Sayyidah Nafisah menunaikan ibadah haji sebanyak tiga puluh kali, sebagian besar ia lakukan dengan berjalan kaki. Hal tersebut dilakukan karena meneladani datuknya.
Riwayat-riwayat tentang Sayyidah Nafisah kebanyakan dinisbahkan kepada putri saudaranya, Zainab binti Yahya al-Mutawwaj, yang selalu menyertai dan menemaninya sepanjang hidupnya, serta tidak mau menikah karena ingin selalu melayani dan menyenangkannya. Zainab binti Yahya, saat berbicara tentang Sayyidah Nafisah, mengatakan, "Bibiku hafal Al Qur'an dan menafsirkannya, ia membaca Al Qur'an dengan menangis sambil berdoa.
Sayyidah Nafisah datang ke Mesir dari Palestina, usianya 48 tahun. Ia tiba pada hari Sabtu, 26 Ramadan 193 H. Sewaktu orang-orang Mesir mengetahui kabar kedatangannya, mereka pun berangkat untuk menyambutnya di kota al-Arisy, lalu bersama-sama dengannya memasuki Mesir. Sayyidah Nafisah ditampung oleh seorang pedagang besar Mesir yang bernama Jamaluddin 'Abdullah al Jashshash, di rumah ini Sayyidah Nafisah tinggal selama beberapa bulan. Penduduk Mesir dari berbagai pelosok negeri berdatangan ke tempatnya untuk mengunjungi dan mengambil berkah darinya. Nafisah khawatir, hal itu akan menyulitkan pemilik rumah. la pun meminta izin untuk pindah ke rumah yang lain. la kemudian memilih sebuah rumah yang khusus untuknya di sebuah kampung di belakang Mesjid Syajarah ad-Durr di jalan al-Khalifah. Kampung itu sekarang dikenal dengan nama al-Hasaniyyah. Penduduk Mesir yang telah mengetahui rumah baru yang ditempati oleh Sayyidah Nafisah, segera mendatanginya. Nafisah merasa dengan banyaknya orang yang mengunjunginya, benar-benar menyulitkannya untuk beribadah. Ia berpikir untuk meninggalkan Mesir dan kembali ke Madinah. Orang-orang mengetahui rencana Nafisah untuk meninggalkan Mesir. Mereka segera kepenguasa Mesir, As-Sirri bin al-Hakam, dan memintanya agar meminta Sayyidah Nafisah untuk tetap tinggal di Mesir. As-Sirri bin al-Hakam kemudian mendatangi Sayyidah Nafisah. Kepada As-Sirri, Sayyidah Nafisah berkata, Dulu, saya memang ingin tinggal di tempat kalian, tetapi aku ini seorang wanita yang lemah. Orang-orang yang mengunjungiku sangat banyak, sehingga menyulitkanku untuk melaksanakan wirid dan mengumpulkan bekal untuk akhiratku. Lagi pula, rumah ini sempit untuk orang sebanyak itu. Selain itu, aku sangat rindu untuk pergi ke raudhah datukku, Rasulullah Saw." Maka As-Sirri menanggapinya, "Wahai cucu putri Rasulullah, aku jamin bahwa apa yang engkau keluhkan ini akan dihilangkan. Sedangkan mengenai masalah sempitnya rumah ini, maka aku memiliki sebuah rumah yang luas di Darb as-Siba' Aku bersaksi kepada Nafisah terkenal sebagai seorang yang zuhud, dan suka beribadah sepanjang hayatnya, Aku harap engkau mau menerimanya dan tidak membuatku malu dengan menolaknya." Setelah lama terdiam, Sayyidah Nafisah berkata, 'Ya, saya menerimanya." Kemudian ia Mengatakan, Wahai Sirri, apa yang dapat aku perbuat terhadap jumlah orang yang banyak dan rombongan yang terus berdatangan? “Engkau dapat membuat kesepakatan dengan mereka bahwa waktu untuk pengunjung adalah dua hari dalam seminggu. Sedangkan hari-hari lain dapat engkau pergunakan untuk ibadahmu, jadikanlah hari Rabu dan Sabtu untuk mereka," kata as-Sirri lagi. Sayyidah Nafisah menerima tawaran itu. Ia pun pindah ke rumah yang telah diberikan untuknya dan mengkhususkan waktu untuk kunjungan pada hari Rabu dan Sabtu setiap minggu. Perjumpaan Imam Syafi’i Ra dengan Sayyidah Nafisah Di rumah ini, Sayyidah Nafisah dikunjungi oleh banyak fuqaha, tokoh-tokoh tasawuf, dan orang-orang saleh. Di antara mereka adalah Imam Syafi’i, Imam 'Utsman bin Sa’id al-Mishri, Dzun Nun al-Mishri, Al Mishri as-Samarqandi, Imam Abubakar al-Adfawi dan banyak ulama lain. Imam Syafi’i datang ke Mesir pada tahun 198 H, lima tahun setelah kedatangan Sayyidah Nafisah, Ketika Imam Syafi’i datang ke Mesir, ia menjalin hubungan dengan Sayyidah Nafisah. Hubungan keduanya diikat oleh keinginan untuk berkhidmat kepada akidah Islam. Imam Syafi’i biasa mengunjungi Sayyidah Nafisah bersama beberapa orang muridnya ketika berangkat menuju halaqah-halaqah pelajarannya di sebuah masjid di Fusthath, yaitu Mesjid 'Amr bin al-'Ash. Imam Syafi’i juga biasa melakukan salat Tarawih dengan Sayyidah Nafisah di mesjid Sayyidah Nafisah.
Walaupun Imam Syafi'i memiliki kedudukan yang agung, tetapi jika ia pergi ke tempat Sayyidah Nafisah, ia meminta do’a kepada Nafisah dan mengharap berkahnya. Imam Syafi'i juga mendengarkan hadist darinya. Bila sakit, Imam Syafi’i mengutus muridnya sebagai penggantinya. Utusan itu menyampaikan salam Imam Syafi'i dan berkata kepada Sayyidah Nafisah, "Sesungguhnya putra pamanmu, Syafi'i, sedang sakit dan meminta doa kepadamu." Sayyidah Nafisah lalu mengangkat tangannya ke langit dan mendoakan kesembuhan untuknya. Maka ketika utusan itu kembali, Imam Syafi’i telah sembuh. Imam Syafi’i tahu bahwa Sayyidah Nafisah saat perjumpaan dengan Tuhannya telah dekat. Imam Syafi’i berwasiat agar Sayyidah Nafisah mau menyalatkan jenazahnya bila ia wafat. Ketika Imam Syafi’i wafat pada akhir Rajab tahun 204 H, Sayyidah Nafisah melaksanakan wasiatnya. Jenazah Imam Syafi’i dibawa dari rumahnya di kota Fusthath ke rumah Sayyidah Nafisah, dan di situ ia menyalatkannya. Yang menjadi Imam adalah Abu Ya'qub al Buwaithi, salah seorang sahabat Imam Syafi’i. Keponakan Sayyidah Nafisah, pernah ditanya, "Bagaimana kekuatan bibimu?" Ia menjawab, Ia makan sekali dalam tiga hari. Ia memiliki keranjang yang digantungkan di depan musalanya. Setiap kali ia meminta sesuatu untuk dimakannya, ia dapatkan di keranjang itu. Ia tidak mau mengambil sesuatu selain milik suaminya dan apa yang dikaruniakan Tuhan kepadanya." Salah seorang penguasa pernah memberikan seratus ribu dirham kepadanya dengan mengatakan, "Ambillah harta ini sebagai tanda syukur saya kepada Allah karena saya telah bertobat". Nafisah mengambil uang itu kemudian membagi-bagikannya kepada fakir miskin, orang jompo dan orang yang membutuhkannya sampai habis.
Menggali Kuburnya dengan tangannya sendiri. Ketika Sayyidah Nafisah merasa ajalnya telah dekat, ia mulai menggali kuburnya sendiri. Kubur itu berada di dalam rumahnya. Ia turun ke dalamnya untuk memperbanyak ibadah dan mengingat akhirat. Al-Allamah al-Ajhuri mengatakan, Nafisah mengkhatamkan Al-Qur'an di dalam kubur yang telah digalinya sebanyak enam ribu kali dan menghadiahkan pahalanya untuk kaum Muslimin yang telah wafat. Ketika sakit, ia menulis surat kepada suaminya, Ishaq al Mu'tamin, yang sedang berada di Madinah dan memintanya datang. Suaminya pun datang bersama kedua anak mereka, al-Qasim dan Ummu Kultsum. Pada pertengahan pertama bulan Ramadan 208 H, sakitnya bertambah parah, sedangkan ia dalam keadaan berpuasa. Orang-orang menyarankannya untuk berbuka demi menjaga kekuatan dan mengatasi sakit yang dideritanya. Ia pun menjawab, "Sungguh aneh! Selama tiga puluh tahun aku meminta kepada Allah agar Ia mewafatkan aku dalam keadaan berpuasa. Maka bagaimana mungkin aku berbuka sekarang? Aku berlindung kepada Allah. Hal itu tidak boleh terjadi selamanya". Kemudian ia membaca surah al-An'am. Ketika sampai pada ayat, "Untuk mereka itu kampung keselamatan (surga) di sisi Tuhan mereka. Dia penolong mereka berkat amalan yang mereka perbuat," (QS. al-An'am: 127) Nafisah lalu mengucapkan kalimat syahadat, dan naiklah rohnya keharibaan Tuhannya Yang Maha Tinggi, berjumpa dengan para nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin. Sebelumnya Nafisah berwasiat kepada suaminya untuk memindahkan jasadnya yang suci dalam peti ke Madinah untuk dimakamkan di sana bersama keluarganya di Baqi'. Namun, penduduk Mesir menentangnya dan menginginkan agar ia dimakamkan di kubur yang telah digalinya dengan tangannya sendiri. Penduduk Mesir mengumpulkan harta yang banyak, lalu menyerahkannya kepada suami Sayyidah Nafisah seraya meminta agar jenazahnya tetap berada di Mesir. Namun suaminya enggan menerima permintaan itu. Malam itu pun mereka lewati dalam keadaan menderita, padahal mereka orang-orang terkemuka. Mereka tinggalkan harta mereka di tempat Sayyidah Nafisah. Ketika pagi, mereka mendatanginya lagi. Akhirnya suami Sayyidah Nafisah memenuhi pemintaan mereka untuk memakamkan istrinya di tempat mereka, namun ia mengembalikan harta mereka. Mereka bertanya kepadanya tentang hal itu. Ia menjawab, "Aku melihat Rasulullah Saw dalam mimpi. Beliau berkata kepadaku, Wahai Ishaq, kembalikan kepada mereka harta mereka dan makamkanlah ia di tempat mereka.
Keramat Sayyidah Nafisah Keramat-keramat yang dinisbahkan kepada Sayyidah Nafisah baik waktu hidup atau sesudah wafatnya sangat banyak. Di antara keramatnya yang terjadi ketika masih hidup, adalah yang berhubungan dengan kesembuhan seorang gadis Yahudi dari penyakit lumpuh. Diceritakan bahwa ketika Sayyidah Nafisah datang ke Mesir, ia tinggal bertetangga, dengan satu keluarga Yahudi yang memiliki seorang anak gadis yang lumpuh. Pada suatu hari, ibu si gadis ingin pergi untuk suatu keperluan. Maka ia tinggalkan anaknya di tempat Sayyidah Nafisah. Ia meletakkan anaknya pada salah satu tiang dari rumah Sayyidah Nafisah. Ketika Sayyidah Nafisah berwudlu, air wudlunya jatuh ke tempat gadis Yahudi yang lumpuh itu. Tiba-tiba Allah memberikan ilham kepada gadis Yahudi itu agar mengambil air wudlu tersebut sedikit dengan tangannya dan membasuh kedua kakinya dengan air itu. Maka dengan izin Allah, anak itu dapat berdiri dan lumpuhnya hilang. Saat itu terjadi, Sayyidah Nafisah sudah sibuk dengan salatnya. Ketika anak itu tahu ibunya telah kembali dari pasar, ia pun mendatanginya dengan berlari dan mengisahkan apa yang telah terjadi. Maka menangislah si ibu karena sangat gembiranya, lalu berkata, "Tidak ragu lagi, agama Sayyidah Nafisah yang mulia itu sungguh-sungguh agama yang benar!" Kemudian ia masuk ke tempat Sayyidah Nafisah untuk menciumnya. Lalu ia mengucapkan kalimat syahadat dengan ikhlas karena Allah. Kemudian datang ayah si gadis yang bernama Ayub Abu as-Saraya, yang merupakan seorang tokoh Yahudi. Ketika ia melihat anak gadisnya telah sembuh, dan mengetahui sebab sembuhnya maka ia mengangkat tangannya ke langit dan berkata, "Maha Suci Engkau yang memberikan petunjuk kepada orang yang Engkau kehendaki dan menyesatkan orang yang Engkau kehendaki. Demi Allah, inilah agama yang benar". Kemudian ia menuju rumah Sayyidah Nafisah dan meminta izin untuk masuk. Sayyidah Nafisah mengizinkanya. Ayah si gadis itu berbicara, kepadanya dari balik tirai. Ia berterima kasih kepada Sayyidah Nafisah dan menyatakan masuk Islam dengan mengucapkan kalimat syahadat. Kisah itu kemudian menjadi sebab masuk Islamnya sekelompok Yahudi yang lain yang tinggal bertetangga dengannya. Diriwayatkan oleh al-Azhari dalam kitab al-Kawakib as-Sayyarah: Ada seorang wanita tua yang memiliki empat anak gadis. Mereka dari minggu ke minggu makan dari hasil tenunan wanita itu. Sepanjang waktu ia membawa tenunan yang dihasilkannya ke pasar untuk dijualnya; setengah hasilnya digunakannya membeli bahan untuk ditenun sedangkan setengah sisanya digunakan untuk biaya makan minum mereka. Suatu ketika, wanita itu membawa tenunannya yang ditutupi kain yang sudah lusuh berwarna merah ke pasar sebagaimana biasanya. Tiba-tiba seekor burung merusaknya dan menyambar kain itu beserta isinya yang merupakan hasil usahanya selama seminggu. Menyadari musibah yang menimpanya, wanita itu pun jatuh pingsan. Ketika sadar, ia duduk sambil menangis. Ia berpikir bagaimana akan memberi makan anak-anak yatimnya. Orang-orang kemudian memberikan petunjuk kepadanya agar menemui Sayyidah Nafisah. Ia pun pergi ke tempat Sayyidah Nafisah dan menceritakan kejadian yang menimpa dirinya seraya meminta doa kepadanya. Sayyidah Nafisah lalu berdoa, "Wahai Allah, wahai Yang Maha Tinggi dan Maha Memiliki, gantikanlah untuk hamba-Mu ini apa yang telah rusak. Karena, mereka adalah makhluk-Mu dan tanggungan-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu." Kemudian ia berkata kepada wanita tua itu, "Duduklah, sesungguhnva Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu." Maka duduklah wanita itu menantikan kelapangan atas musibahnya, sementara hatinya terus menangisi anak-anaknya yang masih kecil. Tidak berapa lama kemudian, datanglah sekelompok orang menemui Sayyidah Nafisah. Kemudian mereka berkata kepadanya, "Kami mengalami kejadian yang aneh." Berceritalah mereka kepadanya tentang apa yang mereka alami. Mereka sedang mengadakan perjalanan di laut ketika tiba-tiba terjadi kebocoran dan perahu itu nyaris tenggelam. Tiba-tiba datang seekor burung yang menempelkan kain merah berisi tenunan di lobang itu sehingga lobang tersebut tersumbat dengan izin Allah. Sebagai tanda syukur kepada Allah, mereka memberikan lima ratus dinar kepada Sayyidah Nafisah. Maka menangislah Sayyidah Nafisah, seraya mengatakan, Tuhanku, Penolongku, alangkah kasih dan sayangnya Engkau kepada hamba-hamba-Mu!" Sayyidah Nafisah segera mendatangi wanita tua tadi dan bertanya kepadanya berapa ia menjual tenunannya. "Dua puluh dirham," jawabnya. Sayyidah Nafisah memberinya lima ratus dinar. Wanita itu mengambil uang tersebut, lalu pulang ke rumahnya. Kepada putri-putrinya, ia menceritakan kejadian yang ia alami. Mereka semua datang menemui Sayyidah Nafisah serta mengambil berkah darinya seraya menawarkan diri untuk menjadi pelayannya. Keramat-keramat Sayyidah Nafisah setelah wafat juga banyak. Di antaranya, pada tahun 638 H, beberapa pencuri menyelinap ke mesjidnya dan mencuri enam belas lampu dari perak. Salah seorang pencuri itu dapat diketahui, lalu dihukum dengan diikat pada pohon. Hukuman itu dilaksanakan di depan mesjid agar menjadi pelajaran bagi yang lain. Pada tahun 1940, seseorang yang tinggal di daerah itu bersembunyi di mesjid itu pada malam hari. Ia mencuri syal dari Kasymir yang ada di makam itu. Namun, ia tidak menemukan jalan keluar dari mesjid itu dan tetap terkurung di sana sampai pelayan mesjid datang di waktu subuh dan menangkapnya. Allahu Akbar. Allahu Akbar. (BQ)

Monday, November 26, 2007

Di Depan Makam Sayyidah Nafisah

3. Mesjid Sayyidah Nafisah
Mesjid ini termasuk rengking ketiga paling banyak diziarahi oleh masyarakat Mesir, setelah Mesjid Imam Husen dan Mesjid Sayyidah Zainab yang berada pada rengking satu dan dua.
Didalam mesjid tsb ada kuburan Sayyidah Nafisah yaitu putri dari Hasanul Anwar bin Zaid Al-Ablag bin Imam Hasan cucu Rasulullah Saw.
Sayyidah Nafisah dilahirkan di Madinah pada tahun 145 H.
Sejak kecil beliau tekenal sangat rajin beribadah, dan sangat shalehah dan dermawan, hampir seluruh hidupnya ia pergunakan untuk berpuasa, Menurut Zainab Pelayan Sayyidah Nafisah , beliau makan satu kali sehari, ia tidak pernah melihat Sayyidah Nafisah tidur lama pada malam hari ,. Hampir seluruh malamnya ia pergunakan untuk shalat dan ibadah , dalam sejarahnya Sayyidah Nafisah sangat makbul doanya.selain itu juga beliau terkenal sangat cantik.

Sunday, November 25, 2007

Dalam Masjid Sayyidah Aisyah


2.Mesjid Sayyidah Aisyah.
Tidak jauh dari benteng Shalahuddin Al-Ayyubi, Mesjid tersebut berada diperempatan jalan raya, Disebut Mesjid Sayyidah Aisyah karena didalamnya ada makam Sayyidah Aisyah binti Ja’far Ash-Shadiq bin Muhammd bin Ali Zainul Abidin bin Imam Husain cucu Rasulullah Saw.
Sayyidah Aisyah termasuk keluarga Rasulullah Saw ( Ahlul Bait) dari garis keturunan Imam Husain, Sayyidah Aisyah terkenal ahli ibadah , disamping itu juga terkenal seorang yang sangat dermawan,Setiap hari ia bersedekah kepada faqir miskin dan anak-anak yatim, meski terkadang beliau sendiri dalam keadaan ekonomi sulit.

Menelusuri Jejak Ahlul Bait




Tepatnya pada tanggal 18 September 2006, hari senen pagi pukul 9.30. ibu-ibu Majlis Taklim Al-Muttaqin bersama ibu-ibu DWP KBRI Cairo berkumpul di SIC untuk berangkat berkunjung ke Mesjid- Mesjid bersejarah yang kedua kalinya pada tahun 2006 kemarin , walaupun dalam perjalanan cuaca cukup panas tapi tidak mengurangi semangat ibu-ibu, sehingga perjalanan terasa senang dan aman.
Dengan guide yang cukup berpengalaman dan ahli dalam sejarah mesjid-mesjid terkenal di Cairo, yang ibu-ibu tidak asing lagi dengan beliau yaitu Ustadh Aep Saifullah.
Ziarah yang ke II ini yaitu menulusuri Jejak Ahlul Bait Nabi Saw di kota Kairo dintaranya :

1. Mesjid Hasanul Anwar Dan Zaid Al- Ablag
Letaknya tidak jauh dari dinding Majrul Uyun Mesir Qodimah ( old Cairo) tepatnya dijalan menuju Mesjid Amer bin Ash terdapat mesjid tidak terlalu besar nyempil, Mesjid tersebut adalah mesjid Sayyid Hasanul Anwar.
Dinamakan Hasanul Anwar karena di dalamnya terdapat kuburan Sayyid Hasanul Anwar. Disamping kuburan Hasanul Anwar, tedapat kuburan ayahnya yakni Sayyid Zaid al-Ablag yaitu putra dari imam Hasan cucu Rasulullah Saw.
Sayyid Hasanul Anwar dilahirkan di Madinah pada tahun 83 H, beliau sejak kecil dididik oleh ayahnya Sayyid Zaid al-Ablag.hampir semua disiplin ilmu dipelajari dan dikuasainya, oleh karena itu, tidak heran apabila beliau disamping sebagai orang shaleh,juga sebagai ulama, cendikiawan.
Pada usia ke 67 tahun, beliau diangkat menjadi gubernur Madinah oleh penguasa Dinasti Abbasiyyah, beliau meninggal usia 85 tahun.

Sunday, November 18, 2007

MASJID RIFA'I


MESJID RIFA'I
Guide yang berpengalaman Ust,Aep Saifullah

Persis di samping mesjid Sultan Hasan, berdiri sebuah mesjid yang tidak kalah tinggi dan megahnya. Mesjid ini adalah Mesjid Rifa'i.
Imam Rifa'i dilahirkan di sebuah kota yang bernama Ummu Ubaidah, Baghdad, Irak pada tahun 512 H pada masa Dinasti Abbasiyyah Kedua, tepatnya pada masa Khalifah al-Mustadhhar billah. Imam Rifa'i lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya sudah meninggal dunia ketika ia masih dalam perut ibunya. Nama Rifa'i sendiri sebenarnya bukanlah nama aslinya. Ia adalah nama salah satu dari leluhurnya, Nama asli dari Imam Rifa'i adalah Ahmad bin Yahya bin Tsabit bin Hazim bin Rifa'ah.
Imam Rifa'i diasuh, dididik dan dibesarkan oleh paman dari pihak ibunya yang bernama Syaikh Mansur al-Bathaihy.. Ketika usia pamannya sudah menjelang ajal, Ia menunjuk Imam Rifa'i sebagai khalifah atau penerus kepemimpinan 'pesantrennya'.,karena melihat kecerdasan dan ketakwaan Imam Rifa'i yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan murid-murid lainnya termasuk dibandingkan dengan putranya sendiri. .
Imam Rifa'i terkenal seorang ulama yang sangat shaleh. Dalam beberapa buku tarajum disebutkan bahwa dia adalah orang yang selalu membantu orang lemah, sayang kepada fakir miskin, belas kasihan kepada anak-anak yatim. Setiap hari Imam Rifa'i mengumpulkan kayu bakar lalu dijual ke pasar, dan uangnya dibagikan kepada fakir miskin di sekitarnya. Setiap sore, dia memikul tempat air besar dan dibagikan kepada wanita-wanita yang sudah tua.
Imam Rifa'i juga hampir setiap hari selalu menyapu dan membersihkan mesjid, meski ia sudah menjadi syaikh besar dan tokoh Tariqat Rifa'iyyah. Apabila adzan berkumandang, ia tinggalkan semua kegiatan dan urusan dunianya untuk menuju mesjid dan shalat terlebih dahulu. Setiap hari, Imam Rifa'i selalu memimpin halaqah dzikir (perkumpulan dzikir) di tempatnya. Halaqah inilah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Tariqat Rifa'iyyah (Tariqat yang dinisbahkan kepada pendirinya Imam Rifa'i).
Imam Rifa'i terkenal sangat sayang kepada binatang. Suatu hari ia melihat seekor anjing sakit, Imam Rifa'i lalu mengobatinya dan memberinya minum sampai anjing itu sembuh. Dalam kesempatan lain, Imam Rifa'i melihat seekor ular yang luka karena bertarung dengan sesamanya. Ia lalu membawanya ke rumah dan mengobatinya sampai sembuh. Karena akhlaknya yang mulia dan perangainya yang tinggi, Allah memberikan kelebihan-kelebihan (karamat). Di antara karamatnya, Imam Rifa'i terkenal dengan orang yang sangat dekat dan jinak dengan binatang buas, terutama dengan ular. Apabila ada ular berbisa yang berbahaya dan seringkali menyengat para penduduk, ketika Imam Rifa'i menghampirinya, ular itu menjadi jinak dan baik.
Masjid ini dibangun pada tahun 1286 H atau pada tahun 1869 M ,dibangun selama sebelas tahun dengan tinggi pondasinya dua meter di atas permukaan tanah. Pada tahun 1880 M, proyek pembangunan mesjid ini sempat tertunda selama dua puluh lima tahun. Baru disempurnakan dan dirampungkan sampai tuntas pada masa Raja Abbas Hilmy Kedua pada tahun 1912 M.
Mesjid Rifai ini termasuk masjid termegah dan terindah yang dibangun pada abad ke-20. Kehebatan dan kemegahan bangunan ini nampak dari tingginya yang hampir menandingi ketinggian mesjid Sultan Hasan, juga terkenal dengan arsitekturnya yang tidak kalah hebat. Mesjid ini juga terkenal dengan pintu masuknya yang sangat tinggi dengan ornamen dan arsitektur yang luar biasa.
Luas mesjid ini sekitar 6500 meter, dan luas ruangan khusus untuk shalat mencapai 1767 meter. Di dalam mesjid juga banyak terdapat marmer-marmer yang sangat mahal berikut sentuhan arsitektur yang sangat rapih. Di bagian dalam mesjid, terdapat makan Syakh Ali bin Syabak atau lebih dikenal dengan Rifa'i Kecil, salah seorang tokoh yang menyebarkan Tariqat Rifa'iyyah di Mesir. Di dalamnya juga terdapat bangku untuk membaca mushaf al-Qur'an yang konon, qari' terkenal asal Mesir Syaikh Abdul Basith, biasa membaca al-Qur'an dengan bangku tersebut.
Di dalam mesjid, juga nampak tiang-tiangnya yang sangat besar dan megah. Pondasi tiang mesjid dihias dengan ukiran yang sangat cantik. Atap mesjid yang sangat tinggi dengan sentuhan arsitektur tinggi menambah keindahan dan kehebatan mesjid ini. Jendela-jendela dan ventilasi mesjid juga dihias dengan berbagai ukiran yang sangat menarik dan indah yang sampai saat ini tetap terjaga dan terpelihara. Marmer-marmernya yang indah juga turut menghias mesjid ini.
Di bagian ujung mesjid terdapat makan raja Fu'ad Pertama. Di sampingnya juga terdapat kuburan ibunya yang bernama Amirah Fariyal yang meninggal pada tahun 1910 M. Di dalam mesjid juga terdapat kuburan Khadiyu Ismail Basya bersama isteri-isteri dan putra putrinya. Masih di dalam mesjid, juga terdapat kuburan Raja Faruq, raja terakhir Mesir yang digulingkan, Raja Faruq meninggal dalam pengasingannya di Italia, lalu jenazahnya dipindahkan ke Mesir dan dikuburkan di dalam mesjid Rifa'i ini.
Di dalam mesjid Rifa'i juga terdapat makam Syah Iran, Reza Pahlevi, pemimpin Iran yang digulingkan oleh Imam Khumaini. Setelah digulingkan, Reza Pahlevi tidak diterima oleh negara-negara Islam saat itu, kecuali Mesir. untuk dikuburkan di kota seribu menara ini. Lantai di sekitar makan Syah Iran dipasang marmer yang sangat indah.
Menurut penuturan salah seorang tukang kebersihannya, hampir setiap tahun keluarga Syah Iran berkunjung ke makam orang tuanya ini.
Sampai saat ini mesjid Imam Rifa'i tetap dipakai untuk shalat berjamaah setiap waktu dan shalat Jum'at. Setiap hari Jum'at, tepatnya selesai shalat Jum'at, halaqah Dzikir Tariqat Rifa'iyyah masih berjalan sampai sekarang. Bahkan, peringatan kelahiran (maulid) Imam Rifa'i pun berpusat di mesjid ini.
Pada malam maulid Imam Rifa'i, semua murid dan pengikut Tariqat Rifa'iyyah dari seluruh pelosok Mesir berkumpul di mesjid ini. Biasanya diawali pawai dari Mesjid Imam Husain menuju mesjid ini dengan berjalan kaki sambil membaca dzikir dan ibtihal (doa dan sanjungan kepada Rasulullah saw). Acara maulid ini biasanya dimulai setelah shalat Ashar. Tariqat Rifa'iyyah juga mempunyai ciri khusus di mana bendera dan sorbannya berwarna hitam.
Mesjid Rifa'i termasuk salah satu saksi sejarah bahwa peradaban Islam pada masa lalu sangat tinggi dan luar biasa. Mesjid ini sempat direhab dan direnovasi oleh Departemen Peninggalan-Peninggalan Kuno Mesir di bawah pimpinan Dr. Ahmad Qadry.





Wednesday, November 14, 2007

MASJID SULTAN HASAN


Guide Ust Aep Saifullah menjelaskan : Mesjid Sultan Hasan dibangun oleh Sultan an-Nashir Hasan bin Muhammad ibn Qalawun (lahir tahun 735 H / 1334 M), salah seorang dari sederatan raja pada Dinasti Mamalik Bahriyyah. Sultan Hasan diangkat menjadi raja di Mesir ketika usianya masih sangat muda, 13 tahun tepatnya pada tahun 748 H atau 1347 M. Karena usianya yang masih sangat muda, maka diangkatlah Bigharous sebagai wakil raja untuk urusan dalam negeri.
Mesjid ini pertama kali dibangun oleh Sultan Hasan pada tahun 757 H atau pada tahun 1421 Masehi. Mesjid ini dibangun selama tiga tahun berturut-turut tanpa istirahat satu hari pun dengan biaya perhari sebesar dua puluh ribu dinar. Untuk biaya pembangunan ruangan mesjidnya saja menghabiskan anggaran sebesar seratus ribu dinar. Saking besarnya biaya pembangunan mesjid ini, Pantas apabila mesjid Sultan Hasan ini adalah mesjid termahal di antara mesjid-mesjid yang ada di Mesir.
Sebelum masjid ini rampung total, pada tahun 760 H atau pada tahun 1359 M, Sultan Hasan gugur syahid di medan laga. Pembangunan mesjid kemudian diteruskan oleh salah seorang gubernurnya yang bernama Basyir Agha.
Luas bangunan mesjid ini kurang lebih 79,6 meter dengan panjang 150 meter, lebar 68 meter dan tinggi 37, 70 meter. Pintu masuk mesjid ini, menurut para sejarawan adalah pintu masuk yan paling besar dan luas dibandingkan dengan bangunan-bangunan tua peninggalan Islam lainnya di Mesir.
Di bagian depan pintu masuk, anda sudah dapat menyaksikan arsitektur yang sangat luar biasa tingginya baik yang tertera di dinding mesjid maupun di bagian atap mesjid. Di tengah perjalanan menuju ke dalam mesjid, anda akan mendapatkan pintu lain menuju ke arah sebelah kanan—yang kini pintu tersebut dikunci. Pintu tersebut adalah pintu menuju rumah sakit, kamar-kamar untuk para santri berikut para pengelola mesjid yang sudah disediakan khusus.
Begitu masuk ke dalam mesjid anda akan mendapatkan empat ruangan saling berhadapan. Keempat ruangan tersebut adalah tempat mengkaji dan mempelajari fiqih empat madzhab; Maliki, Syafi'i, Hanafi dan Hanbali. Ruangan yang paling besar, tepatnya ruangan yang di dalamnya ada mimbar adalah ruangan untuk mengkaji madzhab Syafi'i.
Sultan Hasan termasuk raja yang baik dan cinta dengan ilmu. Masjid megahnya sengaja dijadikan 'pesantren' bagi mereka yang hendak mengkaji fiqih empat madzhab. Semua santri diberikan tempat tinggal gratis, makan gratis, kesehatan yang sudah siap dengan tenaga medis yang sangat profesional, bahkan setiap santri diberikan uang saku perbulan sebesar 100 dirham. Selain fasilitas di atas, Sultan Hasan juga sudah menyiapkan para syaikh sebagai tenaga pengajar profesional yang digaji perbulannya 300 dirham. Jumlah ini sangat besar untuk ukuran saat itu yang rata-rata penghasilan penduduk hanya 40-50 dirham perbulannya. Bahkan gaji tenaga pengajar tersebut sama dengan gajinya Hakim Agung (Qadhi Qudhat) pada saat itu. Sementara tukang adzan dan petugas kebersihan digaji perbulannya sebesar 40 dirham.
Di tengah-tengah ruangan mesjid nampak ada bangunan kecil seperti masjid kecil. Bangunan tersebut adalah tempat berwudhu para santri yang belajar fiqih empat madzhab.
Pada awalnya Sultan Hasan berniat akan membangun empat menara untuk masjid ini. Menara-menara ini fungsinya sebagai tempat adzan yang pada saat itu belum dikenal adanya mikrofon atau pengeras suara. Namun, ketika sedang membangun menara ketiga, tiba-tiba menara itu jatuh sehingga menimbulkan banyak kerugian bahkan sampai merenggut nyawa para pekerjanya dalam jumlah yang sangat banyak, tiga ratus orang. Melihat banyak kerugian itu, akhirnya Sultan Hasan mengurungkan niat pembangunan menara yang ketiga dan keempatnya, dan akhirnya sampai saat ini menara mesjid Sultan Hasan hanya dua saja.
Di dalam mesjid, tepatnya di bagian ujung mesjid, terdapat kuburan Sultan Hasan. Di samping kuburan nampak ada bangku yang terbuat dari kayu yang sampai saat ini masih kokoh dan kuat. Bangku tersebut berfungsi sebagai tempat membaca al-Qur'an para santri atau para peziarah untuk mendoakan sultan Hasan. Bangku tempat membaca al-Qur'an tersebut terbuat dari jenis kayu Abnus dari Sudan. Bangku tersebut juga dilapisi dengan gading gajah yang sangat indah dan unik. Bahkan bangku tersebut juga merupakan bangku tempat membaca al-Qur'an pertama yang terdapat di Mesir. Usia mesjid ini sampai sekarang sudah lebih dari 600 tahun, namun masih nampak kokoh dan kuat.
Sejarawan asal Italia, Messaou Tifano, mengomentari mesjid Sultan Hasan ini dengan mengatakan: "Apabila Mesir pada masa Fir'aun patut berbangga dengan pyramid-pyramidnya, maka Mesir pada masa Islam juga patut berbangga dengan Mesjid Sultan Hasan yang tidak ada satu pun bangunan yang dapat menandinginya di kawasan Timur.

Monday, November 12, 2007

MASJID AL-HAKIM BI AMRILLAH

Mesjid al-Hakim dibangun pertama kali oleh Khalifah al-Aziz Billah pada tahun 381 H / 990 M.Tapi, sampai Khalifah Al-Aziz Billah meninggal, bangunan mesjid belum selesai. Namun Pada tahun 393 H / 1002 M, Khalifah Al- Hakim Bi Amrillah putra Kholifah Al-Aziz Billah Menyelesaikan masjid tersebut dan menyempurnakannya , Biaya yang dikeluarkan Khalifah al-Hakim bi Amrillah untuk menyelesaikan pembangunan mesjid ini kurang lebih 40 ribu dinar.
Mesjid al-Hakim bi Amrillah ini terletak di samping pintu al-Futuh (Babul Futuh) tepatnya di daerah Darrasah, sekitar 500 meter dari mesjid Imam Husain.
Masjid ini terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk menengah ke bawah. Bahkan di sekeliling mesjid adalah pasar.
Pada masa Dinasti Fathimiyyah, mesjid ini menjadi mesjid kedua pusat ilmu, setelah mesjid al-Azhar, di mana banyak para ulama dan fuqaha yang membuka halaqah tadris di dalam mesjid. Bahkan, mesjid ini juga merupakan salah satu mesjid tempat diajarkan fiqih dan ajaran Syi'ah, karena sebagaimana sama-sama diketahui, Dinasti Fatimiyyah adalah dinasti bermadzhab Syi'ah.
Hampir semua bangunan mesjid al-Hakim bi Amrillah baru, kecuali dua menaranya saja yang sampai saat ini masih kokoh berdiri belum pernah mengalami renovasi. Menara inilah yang menjadi ciri khas mesjid al-Hakim bi Amrillah sekaligus termasuk di antara menara mesjid yang paling pertama di Mesir.
Di dalam mesjid, terdapat dua mihrab. Mihrab pertama adalah mihrab yang dibangun pada masa Dinasti Fathimiyyah. Cirinya, di atas mihrab tertuang tulisan Muhammad wa Ali (Muhammad saw dan Ali bin Abi Thalib). Mihrab kedua adalah mihrab yang dibuat pada masa Dinasti Mamalik yang berada di samping Mihrab Fathimiyyah.
Di dalam mesjid, juga terdapat sumur yang airnya sampai saat ini masih mengalir dan dipakai untuk berwudhu, air yang dihasilkan dari Sumur tersebut rasanya mirip dengan Air Zam-Zam. Di dalam mesjid juga ada dua buah kolam yang masih berisi air yang dahulunya dipakai untuk berwudhu. Sampai sekarang, kedua kulah tersebut masih terjaga dan airnya masih nampak penuh.
Al-Hakim sebenarnya terkenal orang yang sangat shaleh dan baik. Hanya, memang ia banyak mengeluarkan pernyataan dan keputusan yang menurut orang-orang saat itu dipandang 'aneh' dan nyeleneh. Di antara keputusan-keputusannya yang aneh menurut penduduk saat itu adalah penduduk dilarang memanggil sultan atau penguasa dengan sebutan maulana atau sayyidina, tidak boleh mencium tangan manusia, tidak boleh mencium tanah dan dilarang menyalakan api atau cahaya di jalan-jalan menuju tempat shalat.
Mesjid al-Hakim bi Amrillah sampai saat ini tetap dipakai untuk shalat wajib lima waktu dan shalat Jum'at. Semua bangunannya nampak baru, karena baru diperbaharui oleh Departemen Benda-Benda Lama Mesir, kecuali dua menaranya yang masih utuh dan asli seperti dahulu kala. Apabila anda bermaksud untuk mengunjunginya, sebaiknya anda datang dari arah pintu al-Futuh, jangan dari arah Mesjid Imam Husain. Hal ini di samping lebih dekat juga lebih mudah dan lebih leluasa.

Friday, November 9, 2007

MESJID IBNU THULUN


MESJID IBNU THULUN

Masjid Ibn Thulun terletak di jalan Sayyidah Zaenab, tepatnya di pertengahan jalan antara Sayyidah Aisyah menuju Sayyidah Zaenab. Merupakan masjid ketiga yang dibangun di Mesir setelah Masjid Amer bin Ash dan masjid Askar, masjid ini berbeda dengan masjid-masjid yang lain, dimana tangga untuk menuju ke menaranya terdapat diluar.
Mesjid Ibnu Thulun dibangun oleh Ahmad bin Thulun atau Ibnu Thulun pada tahun 263 H / 876 M. Dibangun dalam waktu kurang lebih dua tahun (876 – 878 M). Oleh karena itu, masjid Ibnu Thulun termasuk masjid paling tua di Mesir karena umurnya sampai saat ini sudah lebih dari 1100 tahun.
Pada bulan Ramadhan tahun 220 H, Thulun mempunyai seorang putra bernama Ahmad yang dilahirkan di Baghdad. Ahmad inilah yang kemudian dikenal dengan Ibnu Thulun (Ahmad bin Thulun)
Ahmad bin Thulun dipilih oleh Khalifah Abbasiyyah saat itu sebagai pegawai untuk memungut pajak ke daerah Mesir. Setelah sampai di Mesir, Ahmad bin Thulun langsung menyukai Mesir. Akhirnya, setelah melihat perangai khalifah-khalifah Abbasiyyah yang tidak sesuai lagi dengan ajaran Islam, Ahmad bin Thulun menyatakan berpisah diri dari khalifah Abbasiyyah di Baghdad, kemudian mendirikan negara sendiri di Mesir, yang terlepas dari kendali Abbasiyyah.
Akhirnya Ahmad bin Thulun menjadi raja di Mesir pada tahun 254 H / 868 M, ketika itu ibu kota Mesir bernama 'Askar.
Kemudian Ibnu Thulun memindahkan ibu kota Mesir dari daerah Askar ke Qathai', masjid besar saat itu baru dua buah, yaitu mesjid Amer bin Ash dan mesjid 'Askar. Ibnu Thulun merasa perlu untuk membangun mesjid yang baru, karena makin bertambah dan banyaknya penduduk, sementara masjid yang tersedia sangat terbatas. Untuk itu, ia membangun masjid Ibnu Thulun.
Ibnu Thulun selain ahli perang dan strategi juga terkenal orang yang sangat baik dan disukai rakyat. Hidupnya sederhana, ramah, suka membantu dan patuh beragama.
Menurut para ahli sejarah, Ibnu Thulun adalah satu-satunya khalifah atau raja Mesir yang tidak pernah meminum arak meski hanya seteguk. Di samping itu, Ibnu Thulun adalah satu-satunya raja yang hanya mempunyai satu orang isteri. Hidupnya yang sederhana dan sangat perhatian kepada rakyat, membuat rakyat sangat menyukai dan berpihak kepadanya.
Suatu hari Ibnu Thulun bermaksud untuk membebaskan rakyatnya dari membayar pajak. Ia lalu berkonsultasi dengan menteri pajak, tapi di tolak oleh mentri keuangannya saat itu, Ibnu Thulun pun hampir saja mengurungkan niatnya .
Suatu malam, Ibnu Thulun bermimpi. dihampiri oleh seorang lelaki sufi ahli ibadah. Laki-laki itu menyarankan Ibnu Thulun agar tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh mentrinya, dan berkata: "Barangsiapa yang memberikan sesuatu karena Allah, maka Allah lah yang akan menggantikannya dengan yang lebih baik".
Kebimbangan antara mengambil pajak atau tidak sangat mengganggunya, namun setelah mimpi ini. Akhirnya, memutuskan untuk tetap mengambil kebijakan untuk tidak mengambil pajak.
Beberapa lama setelah Ibn Thulun membebaskan pajak rakyatnya, ia pergi bersama beberapa pengawalnya jalan-jalan ke tempat dekat gunung dengan menaiki kuda. Tiba-tiba kaki kudanya terperosok ke dalam lubang yang ternyata adalah terowongan, setelah ditelusuri ternyata di dalam terowongan itu terdapat sebuah peti besar. Begitu peti itu dibuka, berisi uang yang mencapai 1 juta dinar. Ibnu Thulun langsung sujud syukur dan yakin, teringat kata-kata lelaki yang datang dalam mimpinya "bahwa Allah akan mengganti apa yang ia berikan karenaNya, uang itulah yang kemudian dijadikan untuk membangun masjid yang dinamai masjid ibnu Thulun. Masjid ini terdiri dari 42 pintu, di antaranya 21 pintu masih asli seperti dahulu kala, belum direnovasi. Diinding-dindingnya dilengkapi dengan jendela-jendela yang jumlahnya 129 buah yang dilapisi dengan kapur yang diukir indah dan menarik. Di dalam mesjid juga terdapat lima buah mihrab. Mihrab yang paling besar dan paling punya nilai sejarah..

MENGENAL MESJID - MESJID BERSEJARAH DI MESIR




MENGENAL MESJID-MESJID BERSEJARAH DI MESIR

Tepatnya tanggal 23 mei 2006 yang lalu Pengurus pengajian Al-Muttaqin Masjid Indonesia Cairo mengadakan kegiatan untuk menelusuri masjid-masjid bersejarah di kota mesir dengan dipandu guide yang berpengalaman yaitu ust Aep Saifullah..Pengurus Majlis Taklim Al-Muttaqin berniat mengadakan kegiatan ini agar seluruh anggotanya mengetahui masjid-masjid bersejarah di zaman kejayaan islam.
Guide/ ust Aep Saifullah menjelaskan bahwa kota kairo ini memang sangat banyak masjid- masjid bersejarah, dan masjid-masjid tersebut paling tidak dapat dikelompokkan kepada tiga kelompok besar. Pertama, kelompok masjid-masjid yang mempunyai keterkaitan dengan raja-raja atau dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di Mesir. Seperti Mesjid Sultan Hasan, Mesjid Muhammad Ali, Mesjid Mahmudiyyah dan Mesjid Ibnu Thulun. Mesjid-mesjid tersebut umumnya mempunyai nilai seni dan arsitektur yang sangat tinggi dan biaya pembangunannya sangat mahal, karena dibangun oleh penguasa saat itu.
Kedua, kelompok mesjid yang mempunyai keterkaitan dengan cucu dan cicit atau keluarga Rasulullah saw (Ahlul Bait Nabi saw). Seperti : Mesjid Sayyidah Zainab, Mesjid Sayyidah Aisyah, Mesjid Sayyidah Nafisah dan Mesjid Ali Zainul Abidin. Mesjid-mesjid yang masuk dalam katagori ini umumnya bangunannya sederhana.
Ketiga, kelompok mesjid yang mempunyai keterkaitan dengan perorangan yang mempunyai jasa besar dalam Islam, atau boleh dikatakan perorangan yang dipandang sebagai ulama dan orang shaleh. Seperti : mesjid Imam Syafi'i, Mesjid Imam Laits, Mesjid Imam Rifa'i, Mesjid Ibn Athaillah as-Sakandary dan Mesjid Uqbah bin Amir.
Mesjid-mesjid dalam kategori kedua dan ketiga bangunannya biasa saja tidak 'wah' karena tidak memakan banyak biaya.
Dalam kesempatan ini, guide ust Aep Saifullah mengajak ibu-ibu Majlis Taklim Almuttaqin untuk menziarahi masjid-masjid bersejarah tersebut diawali dari masjid-masjid yang masuk dalam katagori pertama yaitu empat masjid besar di Kairo, yakni Mesjid Ibn Thulun, Mesjid al-Hakim bi Amrillah, Mesjid Sultan Hasan dan Mesjid Imam Rifaii.

Saturday, November 3, 2007

Ziarah Ke Masjid / Makam Imam Syafii


Saat jalan- jalan bersama rombongan ibu Hasyim Muzadi ke Masjid dan makam Imam Syafii. Masjid Imam Syafii adalah termasuk masjid tertua di Mesir dan bersejarah terletak dikawasan Hayyu Syafii, yaitu masih ditengah kota Cairo, sepertinya masjid tersebut kurang terawat, tapi katanya memang sengaja dipertahankan sesuai dengan wujud aslinya. 'Bahan bangunan masjid tersebut semua terbuat dari marmer dan batu-batu alam pilihan. Hanya persoalannya, karena termakan usia dan terkena debu sehingga warnanya berubah menjadi kecokelat-cokelatan, .. Makam Imam Syafii terletak di dalam masjid belakang kanan tempat biasa imam berkhotbah, Imam Syafii adalah salah satu imam dari empat madhab, beliau wafat pada 820 M. Nama lengkapnya Imam Muhammad bin Idris As Syafii. Lahir dalam keluarga miskin di daerah Gaza, Palestina. Beliau keturunan Quraisy dan bertemu nasabnya dengan Nabi Muhammad Saw pada Abdul Manaf. Karena itu, beliau menganggap dirinya kerabat Rasulullah. Ayahnya meninggal ketika beliau masih kecil. Syafii bersama ibunya hijrah ke Makkah. Dalam usia kanak-kanak, beliau sudah hafal Alquran 30 juz, dan juga hadis-hadis Nabi. Di samping itu, beliau sangat tekun .
Tepat di sebelahnya adalah Makam Abdullah bin Hakam, teman Imam Syafi'i. Apa yang mengharukan disekitar masjid itu adalah situasi penduduk di kawasan itu kini bergelut dalam kemiskinan dan kedhaifan.

Wednesday, September 5, 2007

PIKNIK KE MASJID KUBAH MAS DI DEPOK


Piknik ke Masjid Kubbah Mas Pada awal juli yang lalu kami ketepatan berlibur bersama anak-anak ke Tanah Air, disamping ada urusan kelanjutan studi putra sulungku untuk masuk kuliah di Indonesia, selama di Jakarta kami sempat piknik bersama keluarga ke Masjid Kubbah Mas yang berada di daerah Sawangan Depok Masjid yang konon terbesar dan termegah di Indonesia, kubbahnya terbuat dari emas 18 karat katanya. berada didekat dengan jalan raya Meruyung- Cinere kecamatan Limo kota Depok. Dan masjid ini sebagai tempat wisata rohani yang meneduhkan Pemilik masjid tersebut seorang pengusaha asal Serang Banten yaitu ibu Hajh Dian Juriah MaimunAl-Rasyid. Adalah ketua umum yayasan Dian Al-Mahri,beliau membangun masjid dari tahun 2001 dan mengimpor semua matrial untuk masjidnya dari negara-negara Eropa, seperti emas , lampu, dan granit dari Italy.Lokasi masjidnya pun nggak langsung berbatasan dengan jalan raya, kira-kira 200 meter dari pintu masuknya, disekitar masjid tampak seperti komplek yang asri dengan tanaman dan air mancur Di depan dan samping masjid penuh dengan tanaman bunga dan kembang kertas ditaruk di pot-pot besar yang cantik, serta tanaman mangga dan jeruk yang memenuhi areal taman lainnya. Ada yang bilang areal masjid tersebut seluas 80 hektar lebih, disekitar masjid ini rencana akan dibangun Unifersitas dan pesantren. Bagian belakang masjid terdapat vila yang megah sepertinya tempat tinggal keluarga pemilik masjid dan sejumlah vila lain kecil untuk para karyawan yang bekerja disana. disampingnya ada bangunan gedung serba guna sebagai tempat pengajian kapasitas gedung ini hingga 15.000 orang lebih katanya dan didekatnya juga ada pendopo luas sebagai tempat peristirahatan para pengunjung .

Sunday, June 3, 2007

RIHLAH KE POHON MARYAM DI CAIRO

DI PANDU OLEH UST, AEP SAIFULLAH.

1. Ke Pohon Maryam.
Dalam sejarahnya ketika Siti Maryam melahirkan putranya, Nabi Isa as, Allah memerintahkan agar Maryam membawa putranya itu lari dan keluar dari Palestina saat itu, untuk menghindari perbuatan aniaya dan dhalim raja Herodus saat itu. Dalam perjalanannya, Maryam juga ditemani oleh Yusuf an-Najjar, seorang tunangan Maryam (demikian versi Injil).
Tempat terdekat dan aman selama pelariannya itu adalah Mesir. Dan pohon maryam menjadi saksi bisu pohon yang pernah dijadikan oleh Maryam dan Nabi Isa untuk berteduh ketika sampai di Mesir. Oleh karena itulah, pohon tersebut dikenal dengan nama Pohon Maryam (Syajarah Maryam). Di sana juga Allah memberikan mata air sebagai tempat minum dan mandi Maryam dan Nabi Isa. Mata air tersebut sampai saat ini masih ada.
Bahkan, pohon tempat berteduhnya sampai saat ini masih ada dan mencapai tiga generasi. Pohon yang dijadikan senderan dan tempat berteduh dahulu Nabi Isa dan Maryam pun masih ada, yakni pohon generasi pertama. Selain itu, batu yang dipakai Maryam untuk memandikan Nabi Isa pun masih ada sampai saat ini. Batu itu menjadi saksi bisu bahwa Isa dan Maryam dahulu pernah menggunakannya di tempat tersebut.

Friday, June 1, 2007

PERJALANAN KE PALESTINA

PERJALANAN KE PALESTINA


Pengalamanku yang tak bisa dilupakan beberapa tahun lalu, sewaktu kami mahasiswi mengikuti rihlah ke Palestina untuk menelusuri tempat-tempat bersejarah dengan rombongan mahasisiwa-mahasiswi satu bis, waktu perjalanannya dari cairo menuju Palestina kira-kira 9 sampai 10 jam . Pada waktu itu di Negara Palestina tidak segawat sekarang tapi aneh diperbatasan masuk Palestin di periksa ketat dan teliti oleh tentara Israil sampai makananpun harus di buka satu persatu, walaupun cuma jeruk nipis, arem-arem harus dibelah menjadi dua takut didalamnya ada sesuatu. Dan yang memeriksa perempuan adalah para tentara Israil perempuan .Setelah sampai di penginapan (hotel) kami diberi pengarahan oleh guide setempat bahwa
Pada waktu menjelang malam kira-kira setelah jam 7 ( habis maghrib) kami tidak boleh keluar dari hotel karena untuk menjaga keamanan dan keselamatan kami.

Kami selama disana mengunjungi beberapa tempat yang diantaranya pertama berkunjung ke Masjid Al-Aqsho yaitu merupahkan masjid suci ke tiga bagi umat islam dan juga kiblat pertama. Masjid inilah Nabi Muhammad SAW singgah ketika melaksanakan Isro’ Mikroj dan Masjid tersebut oleh Rasulullah SAW dikatakan dalam hadits sebagai masjid biru karena mempunyai kubbah berwarna biru yang gambarnya disamping kiri dan kelihatannya bangunan tua.
Malangnya sampai detik ini masjid Al- Aqsho tersebut tidak lepas dari ancaman para golongan radikal yahudi, semenjak awal tahun 2005 untuk merebut masuk dan menguasai masjid Al-Aqsho.
Kemudian kunjungan yang kedua ke Qubbatus Shakhra atau Dom of the Rock yaitu Masjid yang kata sebagian orang mengatakan bahwa masjid Qubbatus Shakra tersebut dibangun oleh Kholifah Umar bin Khattab ra setelah panaklukan Baitul Maqdis yang pertama kali, dan tempatnya tidak jauh dari Masjid Al-Aqsho tetapi anehnya kena apa gambar yang selalu di sebut-sebut di setiap lukisan atau pajangan dengan nama masjid Al-aqsho adalah masjid Qubbatus Shakhra yang gambarnya ada disebelah kanan bawah ini.

Dan kami melihat disebelah barat masjid Aqsho ada tembok yaitu tempat peribadatan orang-orang Zionis . terkenal sebagai “Tembok meratap”
Untuk selanjutnya kami berkunjung ke makam nabi Ibrahim, Nabi Daud ( king David ) dan makam nabi Sulaiman.

Diteruskan kunjungan ke laut mati ( Bahrul Mayyit ) dan ke tempat makam Nabi Musa.
Dan yang terakhir diberi kesempatan ke kota Tel-Afif yaitu ibu kota Israil sayangnya di beri waktu oleh guide cuma 2 jam dengan perjalannya.

Sunday, April 22, 2007

SEJARAH BERDIRINYA MASJID AL-AZHAR



Pada tanggal 14 Ranadhan 359H / 971M dimulai pembangunan masjid agung ditengah kota Cairo oleh Jauhar As-Shaqly , kurang lebih memakan waktu selama dua tahun, bangunan tersebut digunakan untuk shalat juma't pertama kali pada tanggal 17 Ramadhon 360H/972M. Di sekeliling masjid ini dibangun dua istana megah pada masa Khalifah Al-Aziz Billah. Kedua Istana tersebut dipisahkan oleh sebuah taman yang sangat indah. Masjid Jami" ini terletak disebelah barat taman .Dan tata kota Cairo disekitar istana ini benar-benar menakjubkan, sehingga Masjid Jami' ini di kenal sebagai Jami' Al-Azhar, berasal dari kata Zahra yang berarti cahaya dan berkilauan. Ada yang menisbatkannya kepada nama putri Rasulullah Fatimah Az-Zahra.

Thursday, April 19, 2007

`KISAH NABI MUSA DAN FIR'AUN


Menurut sejarah pada waktu Nabi Musa bersama kaumnya keluar dari negeri Mesir menuju Palestina dikejar oleh Fir'aun dan balatentaranya, mereka harus melalui laut merah sebelah utara, maka Allah memerintahakan kepada Musa memukul laut itu, dengan tongkatnya, perintah itu dilaksanakan oleh Musa hingga terbelahlah laut merah tersebut dan terbentanglah jalan raya di tengah-tengahnya, dan Musa melalui jalan itu sampai selamatlah Musa dan kaumnya ke seberang. . Sedang Fir'aun dan pengikut- pengikutnya melalui jalan itu pula, tetapi diwaktu mereka berada di tengah-tengah laut, kembali laut itu sebagaimana semula, lalu tenggelamlah Fir'aun dan balatentaranya dilaut merah itu.

KESOMBONGAN DAN KEGANASAN FIR'AUN







Fir'aun adalah gelar bagi raja-raja Mesir purbakala, menurut sejarah, ini Fir'aun dimasa Nabi Musa tercantum dalam Surat Al- Qashash ayat 38 menyebutkan : Ketika Fir'aun tidak kuasa lagi mendebat Musa. ia tetap bersikap sewenag-wenang berkata: " Wahai masyarakat sekalian, aku tidak mengetahui adanya Tuhan bagi kalian selain diriku" Kemudian ia memerintahkan mentrinya, Haman, untuk memperkerjakan oran-orang agar membuat bangunan dan istana yang tinggi agar Fir'aun dapat menaikinya untuk melihat Tuhan yang diserukan Musa, Maka dengan begitu Fir'aun dapat lebih yakin bahwa Musa termasuk dalam golongan para pendusta dalam anggapannya.
Fir'aun dan balatentaranya tetap angkuh dengan kebatilan di muka bumi, Maka Allah menenggelamkan Fir'aun dan balatentaranya dilaut merah utara, menurut sejarah setelah beberapa tahun, Allah menyelamatkan tubuh kasarnya dan terdampar dipinggir laut ditemukan oleh orang Mesir kemudian di balsem, masih utuh sampai sekarang ada di musium Tahrir yang berada di tengah kota Cairo.
Allah menyelamatkan tubuh kasar Fir'aun sebagai peringatan bagi manusia-manusia belakangan.

Wednesday, April 18, 2007

KISAH QARUN DAN KEKAYAANNYA YANG HARUS MENJADI PELAJARAN BAGI MANUSIA

Surat Al-Qashash ayat 76 menyebutkan bahwa Qarun adalah salah seorang kaum Musa yang bersikap sombong kepada mereka dengan diri dan hartanya. Allah telah memberikan kekayaan yang melimpah kepadanya, jumlah kuncinya sangat banyak, sehingga terasa sangat berat untuk dibawa oleh sejumlah laki-laki yang kuat sekalipun. Dan ketika ia tertipu oleh nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya dengan mengingkarinya, kaumnya menasehatinya dengan berkata:
janganlah kamu tertipu dengan harta bendamu, dan jangan sampai kegembiraan dengan harta benda itu melupakanmu dari bersyukur kepada Allah.
Sesungguhnya allah tidak berkenan terhadap orang-orang yang sombong dan terpedaya oleh harta benda, dan jadikanlah sebagian dari kekayaan dan karunia yang Allah berikan kepadamu di jalan Allah dan amalan untuk kehidupan Akhirat,dan jangan kamu cegah dirimu untuk menikmati sesuatu yang halal di dunia, berbuat baiklah pada hamba- hamab Allah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dengan mengkarunikan nikmatnya. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi dengan melampoi batas. Sesungguhnya Allah tidak meridhoi orang-orang yang berbuat kerusakan.
Qarun tidak menghiraukan nasehat kaumnya dan keluar menemui mereka berkata dengan sombong: sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.
Kemudian Allah membenamkan Qarun berserta harta bendanya ke dalam perut bumi. Tidak ada penolong yang dapat menghindarkannya dari azab Allah, dan ia pun tidak dapat menolong dirinya sendiri. kuil Qarun berada sekitar 20 km dari kota Fayum yaitu sebelah selatan kota Cairo.
Diambil Dari Tulisan Ust Aep Saifullah beliau menerangkan bahwa Istana Qarun (Qashru Qarun)
Selain keadaan alamnya yang sangat subur, al-Fayyum juga mempunyai banyak peninggalan lainnya yang erat dengan para Nabi dahulu dan orang-orang jahat. Salah satunya adalah Istana Qarun atau dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan Qashru Qarun.Istana Qarun ini berada tidak jauh dari Danau Qarun. Lalu, siapa Qarun itu?
Kisah Qarun dalam al-Qur'an dijelaskan dalam surat al-Qashash. Qarun, menurut Ibnu Ishak, adalah pamannya Nabi Musa as. Sementara menurut A'masy dan lainnya, dan pendapat ini pendapat masyhur, Qarun adalah sepupu Nabi Musa as. Ayah nabi Musa yang bernama Imran adalah kakak dari ayah Qarun yang bernama Yashhar. Baik Nabi Musa maupun Qarun adalah keturunan Nabi Ya'kub, karena keduanya merupakan cucu dari Laway dan Laway adalah putra Nabi Ya'kub, saudara Nabi Yusuf as, hanya berbeda ibu.
Qarun merupakan leluhur Bani Israil. Hanya, semasa hidupnya banyak memeras dan hidup dari keringat Bani Israil. Karena itu, tidak heran apabila sebagian besar Bani Israil sendiri membencinya.
Pada awalnya Qarun adalah seorang yang sangat shaleh, baik, pengikut Nabi Musa, hanya sangat miskin. Suatu hari ia datang menghadap Nabi Musa, agar ia didoakan menjadi orang kaya, sehingga ibadahnya bisa lebih rajin, dan dapat membantu saudara-saudaranya Bani Israil. Nabi Musa lalu mendoakannya, dan dengan idzin Allah, Qarun menjadi sangat kaya raya. Ia bukan hanya sukses dalam beternak, akan tetapi juga diangkat menjadi salah satu menteri oleh Ramses II, yang hidup pada saat itu.
Cita-citanya untuk menjadi orang kaya kini sudah tercapai. Namun, sayang, kekayaannya telah menjadikannya lupa dan durhaka. Niat awal agar lebih khusyu ibadah dan membantu sesame, kandas. Qorun yang tadinya miskin tapi baik dan shaleh, kini menjadi Qarun yang kaya raya akan tetapi sombong dan durhaka.
Kedurhakaannya itu bukan saja tidak mentaati Nabi Musa, akan tetapi Allah dia tinggalkan. Yang tadinya menyembah Allah, kini menyembah Sobek, dewa berkepala buaya, dan dewa-dewa lainnya. Barangkali sangat relevan apa yang disampaika oleh Allah dalam hadits Qudsinya bahwa ada hamba yang sengaja diberikan kemiskinan, karena kalau diberikan kekayaan ia akan menjadi durhaka. Ada juga yang diberkan kekayaan, karena kalau diberikan kemiskinan, ia akan berbuat dosa.
Qarun termasuk orang yang diberi kekayaan tapi justru durhaka. Ia lupa bahwa yang telah membuatnya kaya, hakikatnya adalah Allah.
Qarun kini sudah menjadi orang yang sangat kaya raya. Saking kayanya, kunci-kunci gudang kekayaannya tidak dapat lagi dipikul oleh mausia, tapi dibawa oleh 60 ekor unta (al-Qashash ayat 76). Qarun pernah pamer kekayaan; ia keluar dengan pakaian yang sangat mewah, di dampingi oleh 600 orang pelayan; 300 laki-laki dan 300 lagi pelayan perempuan. Bukan hanya itu, ia juga dikawal oleh 4000 pengawal dan diiringi oleh 4000 binatang ternak yang sehat, plus 60 ekor unta yang membawa kunci-kunci kekayaannya. Orang-orang yang melihat saat itu, banyak yang terkesima dan kagum. Bahkan, sebagian mereka ada yang mengatakan: "Sungguh sangat ingin sekali seandainya bias seperti Qarun" (al-Qashash: 79).
Sayang, dia sombong, dia sangat pelit dan dia sangat durhaka. Allah marah, dan seluruh kekayaannya amblas ditelah bumi. Bagaimana kisahnya?
Suatu hari Nabi Musa as diperintahkan oleh Allah untuk mengerjakan Zakat. Nabi Musa as lalu mengutus salah seorang pengikutnya untuk mengambil zakat dari Qarun. Begitu sampe, Qarun langsung marah, dan tidak mau memberikan sedikitpun dari kekayaannya. Karena, menurutnya kekayaannya itu adalah hasil kerja keras dan usaha sendiri, tidak ada kaitan dengan siapapun juga tidak ada kaitan dengan Allah atau dewa. Qarun mengatakan:" "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku" (QS. al-Qashash: 78).
Tidak sampai di sana Qarun juga mengupah seorang wanita agar mengaku telah berbuat serong dengan Nabi Musa as. Ketika seluruh Bani Israil telah berkumpul, Qarun berkata: "Wahai Bani Israil, ketahuilah, Musa yang kalian anggap sebagai Nabi dan orang baik itu, sebenarnya tidak demikian. Bahkan, dia telah menghamili wanita ini", sambil nunjuk kepada wanita dimaksud. "Hari ini, kita akan menyaksikan bersama pengakuan sendiri langsung dari wanita tadi".
Nabi Musa as, merasa sedih. Beliau langsung shalat dan berdoa kepada Allah, agar Allah menampakkan kebenaran sesungguhnya. Selesai Nabi Musa berdoa, wanita itu berkata: "Musa tidak berbuat apa-apa dengan saya, dia orang baik, saya diupah oleh Qarun untuk mengatakan bahwa saya dihamili oleh Musa". Mendengar itu, Nabi Musa as, segera sujud sebagai bentuk rasa syukurnya kepada Allah. Kisah ini menjadi sebab turun dari surat al-Ahzab ayat 69.
Tidak berhenti di sana, Qarun juga menantang Nabi Musa as untuk berdoa bersama. Siapa doanya yang dikabulkan, dialah yang benar dan harus diikuti. Qarun lalu berdoa: "Wahai dewa penguasa jagat raya, matikan Musa saat ini juga". Namun, Nabi Musa tidak meninggal, beliau tetap hidup dan berdiri tegak. Kini giliran Nabi Musa as. Nabi Musa as lalu berkata: "Wahai bumi telah si Qarun dan seluruh kekayaannya saat ini juga!".
Tidak lama kemudian, bumi berguncang, dan seketika bumi terbelah, sehingga tubuh Qarun dan seluruh kekayaannya habis ditelan bumi. Allah berfirman: "Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)" (QS. al-Qashash: 81).
Tempat di mana Qarun dan seluruh kekayaannya dibenamkan oleh Allah ke dalam bumi ini, berada di sebuah tempat yang kini dikenal dengan sebutan Danau Qarun (Bahirah Qarun).
Tidak ada satupun kekayaan Qarun yang tersisa, selain puing-puing istananya yang sampai saat ini masih berdiri kokoh. Istana ini mengingatkan sekaligus menjadi saksi dan pelajaran bagi ummat sebelumnya, bahwa siapapun yang pongah, sombong dan kikir, nasibhnya akan seperti Qarun, hancur, binasa.
Istana ini tidak jauh dari Danau Qarun, sekitar 2 KM dari ujung Danau Qarun. Istana ini berada di sebuah kampong di al-Fayyum yang disebut dengan kampong Abaza. Sekalipun yang tersisa hanya puing-puingnya saja, akan tetapi para pengunjung dapat merasakan bahwa Qarun memang orang yang sangat kaya, dan bangunannya sangat megah. Dua buah tiang yang sangat besar yang masih berdiri tegak sampai saat ini di depan pintu masuk, menjadi tanda bahwa bangunan istana Qarun dahulunya sangat megah dan luar biasa.
Di istana Qarun ini, para pengunjung juga dapat menyaksikan luar biasanya Qarun. Istananya sampai saat ini masih belum digali rampung, masih bnayak bangunan dan kamar-kamar atau ruangan di bahwa tanah yang belum sempat digali, barangkali karena pemerintah Mesir tidak menganggarkan untuk menggalinya.
Para pengunjung juga dapat naik ke atas istana sekaligus dapat menyaksikan bagian-bagian kamar yang dibuatnya. Seni arsitekturnya sangat luar biasa. Hal ini nampak dari jendela yang dibuat dari batu besar yang dipahat sangat indah dan cantik untuk memasukkan sinar matahari.
Di bagian paling atas, para pengunjung dapat melihat ada dua gambar nempel di tembok. Gambar pertama adalah seorang manusia berkepala buaya yang merupakan jelmaan dari Dewa Sobek, penguasa al-Fayyum, dan kedua manusia biasa, hanya sayang yang nampak tinggal bagian perut ke bawah saja, kepalanya sudah tidak ada. Manusia ini boleh jadi adalah Qarun. Dua gambar dimaksud bermakna: "Dewa Sobek akan selalu melindungi dan menaungi Qarun".
Satu pelajaran berharaga dari kisah Qarun, bahwa siapapun yang pongah, kikir dan durhaka, lambat laun akan binasa. Di samping itu, Allah mengingatkan kita, bahwa baik kesulitan atau kemudahan, kemiskinan atau kemewahan semua adalah ujian (al-Anbiya: 35). Betapa banyak orang selamat ketika diuji kemiskinan dan kesulitan. Akan tetapi sangat sedikit mereka yang selamat ketika diuji dengan kemewahan dan kemegahan. Bahkan, yang terjadi sebaliknya, ketika ditimpa kemewahan dan kemegahan, justru membuat orang durhaka, pongah dan binasa.
Kisah-kisah orang jahat yang dicantumkan dalam al-Qur'an, hamper semuanya adalah orang-orang yang tidak mampu diuji dengan kemegahan. Fir'uan, Hamman dan Qarun, merupakan contoh-contoh di atas.
Bahkan, bukankah Qarun sendiri ketika miskin, ia adalah orang baik dan shaleh? Namun, ketika sudah kaya raya, dia menjadi orang yang durhaka. Na'udzubillah. Oleh karena itu, semoga kita semua tidak lupa dan tidak durhaka dengan kekayaan yang kita miliki saat ini. Ingat, kekayaan juga adalah ujian dari Allah.
Sejak ditenggelamkannya Qarun dan kekayaannya ke dalam bumi, maka sejak saat itulah sampai sekarang, setiap kali mendapatkan harta yang berada di dalam tanah atau di dalam bumi, kita seringkali menyebutnya dengan Harta Karun artinya harta si Qarun (karena dalam lidah Arab adalah Qarun, lalu jatuh ke lidah Indonesia menjadi Karun). Sampai saat ini juga Qarun menjadi symbol dan cemoohan bagi orang-orang yang pelit dengan harta dan kekayaannya.
Istana Qarun sampai saat ini menjadi bukti dan pelajaran, bahwa siapapun yang pongah, ia akan binasa sebagaimana yang menimpa Qarun.