Majlis Taklim Al-Muttaqin melaksanakan program yang ke tiga kalinya menelusuri masjid-masjid bersejarah dan makam para Ulama' di Mesir diantaranya ke Makam para ulama' di Iskandariyah yang di Pandu oleh Ust Luqman Hakim : Menziarahi makam Abu Darda'.
Abu Darda’adalah orang yang memiliki harta amat banyak, ia kembangkan dengan cara berdagang. Kerena kejujuran dan amanahnya, ia dipercaya oleh penduduk Makkah. Mereka membeli segala keperluannya kepada Abu Darda’ sebab mereka yakin bahwa ia bukanlah penipu. Suatu hari hati dan fikirannya terbuka untuk menerima Islam. Ia pergi menjumpai Rasulullah SAW, untuk masuk Islam.
Abu Darda’ tidak meninggalkan kehidupan duniawi sama sekali, tapi ia juga tidak melalaikan ibadah. Ia mampu menggabungkan antara perdagangan duniawi dengan ibadah. Antara dunia dengan akhirat. Antara muamalah yang benar dengan sesama manusia dan hubungan yang benar kepada Allah.
Ia menganggap bahwa berzikir kepada Allah, takwa, dan ibadah kepada-Nya itu lebih berharga dari pada segala sesuatu yang ada di bumi ini, baik yang berupa harta maupun kesenangan lainnya. Tingkat takwa dan waraknya mencapai peringkat orang-orang yang soleh. Kadang kala ia duduk berdiam diri. Apabila seseorang bertanya: “Untuk apa berdiam diri, hai Abu Darda’?” Jawabnya: “ sedang memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, memperhatikan keindahan ciptaan Allah., dan sungguh zikir kepada Allah adalah amalan yang paling besar.”
. Abu Darda’ mengharapkan agar kaum muslimin memancarkan jiwa hidupnya sederhana dan zuhud, supaya tidak mudah tertipu dengan gemerlapan dunia yang bisa mengganggu untuk beribadah kepada Allah SWT.
Di samping Abu Darda’ memiliki hati yang selalu mementingkan beribadah, fikirannya juga memancarkan makna ilmu. Ia selalu ingin memahami ajaran agama Islam secara sempurna, selalu mencari kebenaran, dan tiap hari makin bertambah pemahamannya terhadap Al-Quran dan sunah Rasul-Nya. beliau berkata: “Bertakwalah sebelum berilmu. Sedang berilmu tidak sempurna tanpa amal.”
Abu Darda’, adalah seseorang yang senang mengamalkan ilmu, senang zuhud dan tekun beribadah kepada Allah, sepanjang hidupnya berjalan di jalan Allah, beliau meninggal di Mesir. Dan di makamkan di kota Iskandariah, Makamnya terletak diantara dua jalan.
Abu Darda’ tidak meninggalkan kehidupan duniawi sama sekali, tapi ia juga tidak melalaikan ibadah. Ia mampu menggabungkan antara perdagangan duniawi dengan ibadah. Antara dunia dengan akhirat. Antara muamalah yang benar dengan sesama manusia dan hubungan yang benar kepada Allah.
Ia menganggap bahwa berzikir kepada Allah, takwa, dan ibadah kepada-Nya itu lebih berharga dari pada segala sesuatu yang ada di bumi ini, baik yang berupa harta maupun kesenangan lainnya. Tingkat takwa dan waraknya mencapai peringkat orang-orang yang soleh. Kadang kala ia duduk berdiam diri. Apabila seseorang bertanya: “Untuk apa berdiam diri, hai Abu Darda’?” Jawabnya: “ sedang memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, memperhatikan keindahan ciptaan Allah., dan sungguh zikir kepada Allah adalah amalan yang paling besar.”
. Abu Darda’ mengharapkan agar kaum muslimin memancarkan jiwa hidupnya sederhana dan zuhud, supaya tidak mudah tertipu dengan gemerlapan dunia yang bisa mengganggu untuk beribadah kepada Allah SWT.
Di samping Abu Darda’ memiliki hati yang selalu mementingkan beribadah, fikirannya juga memancarkan makna ilmu. Ia selalu ingin memahami ajaran agama Islam secara sempurna, selalu mencari kebenaran, dan tiap hari makin bertambah pemahamannya terhadap Al-Quran dan sunah Rasul-Nya. beliau berkata: “Bertakwalah sebelum berilmu. Sedang berilmu tidak sempurna tanpa amal.”
Abu Darda’, adalah seseorang yang senang mengamalkan ilmu, senang zuhud dan tekun beribadah kepada Allah, sepanjang hidupnya berjalan di jalan Allah, beliau meninggal di Mesir. Dan di makamkan di kota Iskandariah, Makamnya terletak diantara dua jalan.
1 comment:
كل عام وأنتم بخير
عـــيد ســـعيد
أعادة الله عليكم بالخير والبركات
تحياتى
Post a Comment