Wednesday, November 14, 2007

MASJID SULTAN HASAN


Guide Ust Aep Saifullah menjelaskan : Mesjid Sultan Hasan dibangun oleh Sultan an-Nashir Hasan bin Muhammad ibn Qalawun (lahir tahun 735 H / 1334 M), salah seorang dari sederatan raja pada Dinasti Mamalik Bahriyyah. Sultan Hasan diangkat menjadi raja di Mesir ketika usianya masih sangat muda, 13 tahun tepatnya pada tahun 748 H atau 1347 M. Karena usianya yang masih sangat muda, maka diangkatlah Bigharous sebagai wakil raja untuk urusan dalam negeri.
Mesjid ini pertama kali dibangun oleh Sultan Hasan pada tahun 757 H atau pada tahun 1421 Masehi. Mesjid ini dibangun selama tiga tahun berturut-turut tanpa istirahat satu hari pun dengan biaya perhari sebesar dua puluh ribu dinar. Untuk biaya pembangunan ruangan mesjidnya saja menghabiskan anggaran sebesar seratus ribu dinar. Saking besarnya biaya pembangunan mesjid ini, Pantas apabila mesjid Sultan Hasan ini adalah mesjid termahal di antara mesjid-mesjid yang ada di Mesir.
Sebelum masjid ini rampung total, pada tahun 760 H atau pada tahun 1359 M, Sultan Hasan gugur syahid di medan laga. Pembangunan mesjid kemudian diteruskan oleh salah seorang gubernurnya yang bernama Basyir Agha.
Luas bangunan mesjid ini kurang lebih 79,6 meter dengan panjang 150 meter, lebar 68 meter dan tinggi 37, 70 meter. Pintu masuk mesjid ini, menurut para sejarawan adalah pintu masuk yan paling besar dan luas dibandingkan dengan bangunan-bangunan tua peninggalan Islam lainnya di Mesir.
Di bagian depan pintu masuk, anda sudah dapat menyaksikan arsitektur yang sangat luar biasa tingginya baik yang tertera di dinding mesjid maupun di bagian atap mesjid. Di tengah perjalanan menuju ke dalam mesjid, anda akan mendapatkan pintu lain menuju ke arah sebelah kanan—yang kini pintu tersebut dikunci. Pintu tersebut adalah pintu menuju rumah sakit, kamar-kamar untuk para santri berikut para pengelola mesjid yang sudah disediakan khusus.
Begitu masuk ke dalam mesjid anda akan mendapatkan empat ruangan saling berhadapan. Keempat ruangan tersebut adalah tempat mengkaji dan mempelajari fiqih empat madzhab; Maliki, Syafi'i, Hanafi dan Hanbali. Ruangan yang paling besar, tepatnya ruangan yang di dalamnya ada mimbar adalah ruangan untuk mengkaji madzhab Syafi'i.
Sultan Hasan termasuk raja yang baik dan cinta dengan ilmu. Masjid megahnya sengaja dijadikan 'pesantren' bagi mereka yang hendak mengkaji fiqih empat madzhab. Semua santri diberikan tempat tinggal gratis, makan gratis, kesehatan yang sudah siap dengan tenaga medis yang sangat profesional, bahkan setiap santri diberikan uang saku perbulan sebesar 100 dirham. Selain fasilitas di atas, Sultan Hasan juga sudah menyiapkan para syaikh sebagai tenaga pengajar profesional yang digaji perbulannya 300 dirham. Jumlah ini sangat besar untuk ukuran saat itu yang rata-rata penghasilan penduduk hanya 40-50 dirham perbulannya. Bahkan gaji tenaga pengajar tersebut sama dengan gajinya Hakim Agung (Qadhi Qudhat) pada saat itu. Sementara tukang adzan dan petugas kebersihan digaji perbulannya sebesar 40 dirham.
Di tengah-tengah ruangan mesjid nampak ada bangunan kecil seperti masjid kecil. Bangunan tersebut adalah tempat berwudhu para santri yang belajar fiqih empat madzhab.
Pada awalnya Sultan Hasan berniat akan membangun empat menara untuk masjid ini. Menara-menara ini fungsinya sebagai tempat adzan yang pada saat itu belum dikenal adanya mikrofon atau pengeras suara. Namun, ketika sedang membangun menara ketiga, tiba-tiba menara itu jatuh sehingga menimbulkan banyak kerugian bahkan sampai merenggut nyawa para pekerjanya dalam jumlah yang sangat banyak, tiga ratus orang. Melihat banyak kerugian itu, akhirnya Sultan Hasan mengurungkan niat pembangunan menara yang ketiga dan keempatnya, dan akhirnya sampai saat ini menara mesjid Sultan Hasan hanya dua saja.
Di dalam mesjid, tepatnya di bagian ujung mesjid, terdapat kuburan Sultan Hasan. Di samping kuburan nampak ada bangku yang terbuat dari kayu yang sampai saat ini masih kokoh dan kuat. Bangku tersebut berfungsi sebagai tempat membaca al-Qur'an para santri atau para peziarah untuk mendoakan sultan Hasan. Bangku tempat membaca al-Qur'an tersebut terbuat dari jenis kayu Abnus dari Sudan. Bangku tersebut juga dilapisi dengan gading gajah yang sangat indah dan unik. Bahkan bangku tersebut juga merupakan bangku tempat membaca al-Qur'an pertama yang terdapat di Mesir. Usia mesjid ini sampai sekarang sudah lebih dari 600 tahun, namun masih nampak kokoh dan kuat.
Sejarawan asal Italia, Messaou Tifano, mengomentari mesjid Sultan Hasan ini dengan mengatakan: "Apabila Mesir pada masa Fir'aun patut berbangga dengan pyramid-pyramidnya, maka Mesir pada masa Islam juga patut berbangga dengan Mesjid Sultan Hasan yang tidak ada satu pun bangunan yang dapat menandinginya di kawasan Timur.